Petani Sawit Sanggau Sisakan Lahan untuk Daulat Pangan

Independen ---- Masuknya perkebunan sawit ke Kalimantan Barat telah mengubah cara hidup masyarakat. Seperti yang terjadi di Sanggau, masyarakat yang tadinya berkebun karet, sejak tahun 1980an berpindah ke sawit. Saat itu harga karet jatuh dan sawit harga tinggi.

Namun ada bedanya. Di sela-sela pohon karet, masyarakat masih bisa menanam sayuran atau tanaman pangan lain. Sementara jika menanam sawit, tanaman yang haus air, tidak mudah tanaman lain untuk tumbuh di sela-sela pohon sawit.

Petani di Sanggau mempunyai kebijakan sendiri. Sebagian lahannya disisakan untuk tanaman padi atau ladang padi. Tidak semua lahannya ditanami sawit. Seperti yang dilakukan Yustina Simpun, petani dari Desa Gunam, Sanggau. Keluarga Yustina menanam sawit di lahan 1 hektar dan menyisakan 0,5 hektar untuk padi.

Dengan tetap mempertahankan ladang padi, keluarga Yustina bisa swadesi beras dalam setahun. Tidak perlu lagi membeli beras. Kebutuhan pokok dipenuhi sendiri. Pola ini juga dilakukan oleh keluarga-keluarga petani lain di Sanggau.

Namun petani-petani ini tidak dibekali pengetahuan keamanan yang cukup untuk perawatan tanaman sawit. Mereka hanya memiliki alat seadanya dan tidak memiliki sarung tangan. Sehingga tangan sering tergores.

Bagaimana respon pemerintah setempat? Simak liputan jurnalis Sakinah Fitrianti B dalam berita:   Lapsus: Lahan Padi Terdesak Sawit

kali dilihat