Petualangan Arung Jeram Ban Karet Sungai Pusur

INDEPENDEN, Klaten - Belasan peserta arung jeram ban karet (river tubing) di Dukuh Jeragan, Desa Wangen, Polanharjo, Kabupaten Klaten menatap takjub derasnya aliran Sungai Pusur. Sebagian peserta mengatur napas untuk menaklukan rasa cemasnya sebelum terjun ke aliran sungai dengan menggunakan ban karet.

"Ini aman. Semua peserta kan sudah dilengkapi dengan pelampung dan helm," kata Koordinator Komunitas Pecinta Sungai Pusur, Tonny Saputra, Sabtu (08/04).

Satu persatu peserta arung jeram ban karet mulai menyusuri bebatuan sungai dan merasakan dinginnya air yang menyelimuti kaki hingga batas lutut. Ban karet, lebih tepatnya, ban dalam yang digunakan untuk mobil-mobil besar itu yang digunakan untuk mengarungi Sungai Pusur. Ban karet tersebut dimodifikasi dengan sulaman tali, sehingga peserta bisa duduk dengan nyaman di tengah lingkaran ban.

Aliran Sungai Pusur yang cukup deras kemudian membawa satu persatu peserta arung jeram ban karet. Mereka berteriak karena sensasi alami terbawa arus sungai sekaligus berkali-kali membentur bebatuan besar.

"Kalau ada batu kali besar, itu ditendang saja. Ban karet ini tetap melindungi seluruh tubuh peserta, jadi tidak perlu panik," kata Tonny memberikan tips sederhana sebelum peserta meluncur di sungai.

Wisata Arung Jeram Ban Karet ini baru dibuka untuk umum 2015 silam. Awalnya ban karet ini digunakan warga untuk membersihkan aliran sungai dari sampah. Semakin bersih sungai, arus air semakin besar.

Tonny mengatakan, awalnya ia dan teman-temannya iseng menggunggah kegiatan ini di sejumlah media sosial. Tapi ternyata mendapat respon positif. "Kami unggah di instagram, facebook. Pelan-pelan tamu datang, dari perkantoran dan perorangan. Tapi rata-rata dari teman-teman sendiri di luar kota," katanya.

Wisata arung jeram ban karet di Sungai Pusur memiliki rute 2 kilometer. Waktu yang dibutuhkan untuk mengarungi rute ini antara 1,5 - 2 jam. 

Perjalanannya dimulai dari DAM Wareng. Sensasi yang paling menegangkan ketika peserta berada di bawah jembatan WKP. Karena di sini peserta harus melompat dari ketinggian 3 meter untuk melanjutkan perjalanan arung jeram.

"Hampir di tiap titik yang kami anggap cukup curam, dijaga oleh tim kami. Jadi semua peserta tetap merasa aman. Ada sekitar 7 orang yang akan memantau langsung peserta," kata Tonny.

Wisata Buat Masyarakat Senang

Menurut Tonny, saat ini tim yang bekerja sebagai pengelola wisata arung jeram ban karet tidak dibayar. Semua bekerja untuk memperbaiki fasilitas penunjang wisata ini. "Jadi uang dari peserta itu kita belanjakan helm, pelampung, sepatu karet, buat aset kita dulu," katanya.

Mereka yang bekerja mengelola wisata ini sebenarnya sudah punya punya pekerjaan utama, sebagai buruh. "Jadi ini memang untuk sampingan kami aja, jadi kalau tidak dibayar, tidak apa-apa," ungkap Tonnya sambil tersenyum.

Saat ini target yang ingin dicapai Tonny dan kawan-kawannya adalah membangun tempat Mandi Cuci Kakus (MCK). MCK ini nantinya akan dibangun sebagai fasilitas penunjang peserta kegiatan arung jeram ban karet, seperti ganti baju dan mandi.

"Karena selama ini kita masih pakai kamar mandi penduduk," lanjut Tonny.

Uang yang didapat dari wisata ini diperuntukan seutuhnya untuk perbaikan fasilitas dan kenyamanan peserta. Tim pengelola wisata memiliki prosedur, tiap peserta wajib untuk memberikan saran dan kritik setelah melakukan aktivitas arung jeram. 

"Saran dan kritik ini kami usahakan untuk direalisasikan, supaya wisata ini lebih maju lagi. Misalnya ada saran, jalurnya dibikin curam lagi, atau fasilitas MCK," kata Tonny.

Wisata arung jeram ban karet ini bisa dikatakan cukup murah. Untuk menikmati sensasi derasnya aliran sungai Pusar, dan pemandangan alami di kiri-kanannya, tiap peserta hanya butuh merogoh kocek sebesar Rp 75 ribu.

"Tapi biasanya peserta itu harus booking dulu. Peserta juga kami batasi minimal 5 orang. Kalau ada yang mau ikut 2 orang, nanti akan kami gabung dengan yang lain," kata Tonny.

Penulis: M. Irham

kali dilihat