Sosok Nurlela, Pejuang HAM Bagi Korban Tragedi 1965

Independen  --  Pemerintah Kota Palu, Sulawesi Tengah boleh dikata paling progresif dalam penanganan korban-korban Tragedi 1965. Walikota Palu saat itu (2012), Rusdy Mastura, secara resmi meminta maaf kepada para korban Tragedi 1965.  Permintaan maaf dari pemerintah ini tidak lepas dari perjuangan seorang perempuan yaitu Nurlaela Lamasitudju. 

Lela, demikian biasa dipanggil, awalnya membantu advokasi para korban Konflik Poso. Namun dalam perjalanannya, Lela bersama kawan-kawannya mulai mengadvokasi para korban Tragedi 1965. Jika selama ini perbincangan Tragedi 1965 didominasi sejarah di Jawa,  apa yang dilakukan Lela dan kawan-kawan adalah menunjukkan Tragedi tersebut juga terjadi di Sulawesi, khususnya Sulawesi Tengah. 

Upaya Lela dan kawan-kawan yang kemudian membuat organisasi Solidaritas Korban Pelanggaran Hak Asasi Manusia (SKP-HAM) ini tidak mudah. Teror, ancaman silih berganti. Sekretariat kantor dilempari batu itu sudah biasa. Belum lagi penolakan dari keluarga. Lela sempat dilarang keluarga besar untuk terlibat lagi dengan SKP-HAM. Dia sempat jeda sebentar, tapi karena panggilan nurani, Lela pun kembali membantu para korban Tragedi 1965. 

Bagaimana lika-liku perjuangan Nurlela Lamasitudju, apa saja yang dilakukan dalam membantu para korban, dan apa yang menguatkan dirinya saat di titik putus asa, sila simak di berita berikut: Trauma dan Jalan Senyap Nurlaela Perjuangkan Korban HAM

(D02)

kali dilihat