INDEPENDEN – Presiden RI Joko Widodo pada pertengahan Februari 2024 lalu pernah menyebutkan perubahan iklim dan cuaca menyebabkan terjadinya gagal panen sehingga menjadi penyebab harga beras di seluruh dunia, termasuk Indonesia mengalami kenaikan.
"Harga beras di seluruh negara, di dunia itu sekarang naik, tidak hanya di Indonesia saja, di semua negara harganya naik. Kenapa naik? Karena ada yang namanya perubahan iklim, perubahan cuaca sehingga banyak yang gagal panen," kata Presiden Jokowi.
Dia menjelaskan bahwa konsumsi beras di Indonesia tidak mengalami perubahan, namun produksinya berkurang, sehingga terjadi kekurangan suplai yang berakibat pada kenaikan harga.
Krisis iklim, bencana dan cuaca ekstrem sering menjadi kambing hitam isu-isu tertentu yang sulit mendapatkan penjelasan gamblang.
Namun pada dasarnya ketiga alasan ini menjadi hal penting untuk diperhatikan karena memang belum ada yang fokus memitigasi ketiga potensi ancaman itu.
Semua orang tahu bahwa Indonesia adalah rangkaian kepulauan di atas cincin api Pasifik yang kaya dengan sumber daya alam. Orang menyebut Indonesia sebagai jamrud katulistiwa. Kekayaan alamnya dan keindahahan pantai dan pulaunya juga berbanding lurus dengan posisi geografis yang rentan aktivitas seismik dan vulkanik.
Indonesia rentan gempa bumi, letusan gunung berapi, dan tsunami.
Selain bencana dengan posisi geografis, Indonesia juga menghadapi tantangan cuaca ekstrem dan perubahan iklim. Hujan deras, angin kencang, dan badai tropis seringkali melanda pantainya, menyebabkan banjir dan tanah longsor yang meluas, terutama selama musim hujan yang panjang.
Selain faktor lingkungan, laju pembangunan yang tidak terkendali, terutama di daerah pesisir dan daerah rawan bencana juga menambah tantangan yang dihadapi Indonesia. Urbanisasi cepat dan deforestasi memperparah kerentanan Indonesia terhadap bencana alam, merampas penghalang perlindungan vital seperti hutan bakau dan meningkatkan risiko banjir dan tanah longsor.
Pertumbuhan perkotaan yang tidak terencana dan infrastruktur yang tidak memadai hanya memperkuat dampak bencana ini, meninggalkan jutaan orang Indonesia terpapar bahaya serius.
Sangat menarik untuk mengetahui apakah para calon legislatif cukup paham dengan pentingnya mitigasi bencana dan menuangkannya dalam program kerja mereka. Lebih menarik lagi mengetahui apakah para calon legislatif cukup peka untuk menjadikan isu mitigasi bencana ini sebagai cara merebut simpati pemilih terutama di kawasan rawan bencana.
Terutama para pertahana yang sebenarnya sudah paham betul kalau wilayah yang mereka wakilkan rentan bencana.
Tulisan tentang calon legislatif dan isu mitigasi bencana bisa ditemukan di tulisan https://balebengong.id/petahana-di-daerah-rawan-bencana/