Independen --- Bahasa ngapak atau Banyumasan sering dijadikan bahan candaan oleh para komedian. Mungkin intonasi dan lafal yang berbeda dari pada bahasa Jawa umumnya, menjadi daya tarik.
Namun di balik itu, bahasa ngapak menyiratkan bahasa yang egaliter atau setara. Bahasa Banyumasan tidak mengenal tingkatan atau kasta seperti bahasa Jawa umumnya. Kata yang sama dipakai untuk berbicara dengan orang muda atau orang tua.
Mengapa orang Banyumas menggunakan bahasa yang egaliter? Menurut budayawan Ahmad Tohari, daerah Banyumas pada masa lalu, tidak mendapat pengaruh dari kerajaan Mataram di sisi timur. Dan tidak terpengaruh kerajaan Sunda Priangan di sisi barat. Banyumas 'dibentengi' sungai Citanduy di sisi barat dan sungai Serayu di sisi timur.
Bahkan sebelum kerajaan Mataram atau bahasa Jawa Kuno diduga kuat, bahasa Jawa umumnya juga egaliter. Kasta atau tingkatan bahasa baru diciptakan ketika ada kerajaan Mataram, untuk membedakan orang kraton atau rakyat biasa. Selain bahasa, pada motif batik juga mengalami pembedaan untuk orang kraton dan rakyat biasa.
Ada dugaan bahasa ngapak ini akarnya justru dari Kerajaan Kutai, Kalimantan Timur.
Liputan tentang bahasa ngapak ini dapat dibaca lengkap di Kediripedia.com dalam berita Bahasa Ngapak Tak Mengenal Kasta .
(D02).