Independen --- Akulturasi kepercayaan dan budaya sering kita temui di Indonesia, salah satunya bagaimana para penganut Konfusianisme melebur dengan budaya-budaya lokal. Hal ini mudah ditemui dalam perayaan Cap Go Meh, yang dirayakan 15 hari setelah Imlek.
Di Manado, perayaan Cap Go Meh tahun ini, dirayakan dengan tari Kabasaran Minahasa dan Kabasaran Bantik. Tari ini adalah tari khas suku Minahasa, dari sub etnik Minahasa dan Bantik, yang merupakan tari prajurit ketika menjemput para pembesar. Ikut sertanya Kabarasan Minahasa dan Kabasaran Bantik dalam parade Cap Go Meh dapat dibaca di ZonaUtara.com , Perayaan Cap Go Meh di Kota Manado diramaikan atraksi Kabasaran.
Sementara di Malang, Jawa Timur, akulturasi budaya terjadi pada kuliner. Setiap Cap Go Meh, disajikan lontong cap go meh. Klenteng En An Kiong, Malang menyediakan 3.000 porsi lontong cap go meh yang kemudian disajikan pada semua orang yang hadir. Pemuka Konghucu setempat, Bonsu Anton Triyono mengatakan tradisi lontong cap go meh tidak ada di negeri asal Konghucu atau China. Hanya ada di Indonesia, menyesuaikan dengan makanan khas setempat. Bagaimana kemeriahan Cap Go Meh dan lontong, dapat disimak di Terakota.id : Toleransi dalam Sepiring Lontong Cap Go Meh. (D02)