Penulis: Reno Patty
Independen --- Negeri Rutong , salah satu Negeri (Desa) yang terletak di Kecamatan Leitimur Selatan Kota Ambon, sebuah desa wisata, yang memiliki banyak potensi dan keunikan, dan memiliki ekowisata hutan sagu, dan berhasil mendapatkan Anugerah Pesona Indonesia kategori Kampung Adat pada Tahun 2022, yang mengantarkan Negeri ini untuk kembali meraih penghargaan Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) pada kategori Digital dan konten kreatif di Tahun 2023.
Hal ini disampaikan Sekretaris Negeri Rutong, James Talahatu, di kantor Negeri Rutong. Dikatakan Negeri Rutong menerapkan platform digital untuk memajukan perekonomian masyarakat. Salah satunya adalah pemanfaatan standarisasi pembayaran menggunakan metode QR Code dari Bank Indonesia.’’ Sejak kami berhasil mendapat Anugerah Pesona Indonesia kategori Kampung Adat, dari situ kami konsisten melakukan berbagai pengembangan demi memajukan kampung dan masyarakat bersama,’’ujar James.
Menurutnya, Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023 merupakan salah satu program unggulan penggerak kebangkitan pertumbuhan ekonomi dan pengembangan pariwisata Indonesia oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf),Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
‘’Dari 75 Desa terbaik di ajang ADWI yang dilaksanaan untuk ketiga kalinya dengan mengangkat tema ‘Kebangkitan Ekonomi itu, Rutong berhasil menyabet penghargaan peringkat ke-4. Kompetisi desa wisata ini digelar oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) melibatkan 4.753 desa dari sekitar 8.000 desa se-Indonesia,’’kata James.
James menuturkan, penghargaan prestisius yang dicapai Negeri Rutong itu juga berkat potensi Hutan Sagu yang menjadi daya tarik wisata. Tak heran, Rutong kian menjadi magnet. Mulai dari tingkat sekolah hingga wisatawan umum datang menyaksikan atraksi membuat sagu di sana.
‘’Hutan sagu seluas 22 hektar itu, tidak lagi sebatas wisata edukasi, melainkan kini bermetamorfosis sebagai ekowisata berwawasan lingkungan yang mengedepankan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal, serta aspek pembelajaran dan Pendidikan,’’tutur James.
Awalnya, lanjut James, ekowisata Negeri Rutong dijalankan dengan membawa wisatawan ke objek wisata alam melihat dan mempelajari cara pengolahan sagu hingga menjadi bahan pangan yang dikonsumsi masyarakat luas baik berupa papeda,mie sagu, hingga aneka kue dari olahan tepung sagu.
Ia menyebutkan, perencanaan ekowisata hutan sagu masuk dalam perencanaan tata ruang tata wilayah, Negeri Rutong dimulai sejak 2022.
‘’Pengembangan ekowisata mulai dari hilir ke hulu, diawali dengan budaya hal ini bertujuan agar wisatawan yang datang, tidak saja merasakan pengalaman di hutan sagu, sekaligus mendapat pembelajaran proses panjang menghasilkan pati sagu secara tradisional, tetapi juga mengetahui ragam budaya yang ada di Negeri Rutong,’’ kata James.
Dikatakan pula, infrastruktur untuk mendukung kemajuan wisata di daerah itu, di antaranya atraksi wisata, homestay, toilet umum, digitalisasi dan kreatif serta, cleanness health, safety, environment (CHSE) dan kelembagaan.
James juga menambahkan, pengembangan ekowisata Hutan Sagu sendiri sudah masuk dalam prioritas negeri Rutong agar mendapatkan penghasilan bagi masyarakat dan negeri Rutong . Pemerintah Negeri sendiri membentuk Lembaga Pengelola Hutan Sagu untuk dapat mengatur dan mengontrol perkembangan ekowisata hutan sagu , kemudian pengelola juga sudah mengarahkan masyarakat agar dapat mengolah hasil sagu dalam berbagai olahan.
Dampak ekonomi setelah adanya ekowisata ini adalah pendapatan masyarakat meningkat secara signifikan karena mereka membuat paket pariwisata yaitu selain mengunjungi hutan sagu mereka pun dapat membeli hasil olahan sagu yang disediakan di Rutong. Untuk dapat masuk sendiri dapat dilihat pada website Negeri. ‘’ Kalo yang tidak menggunakan paket bisa langsung ke lokasi dan uang masuk pun sangat murah yaitu tiga ribu rupiah per orang bisa menggunakan uang tunai maupun non tunai dengan menggunakan Quick Response Code Indonesian Standard (Qris) yang berkejasama dengan Bank Indonesia. Di dalam ekowisata ini , pengunjung dapat merasakan serta mecoba membuat sagu mulai dari penebangan pohon sampai pengolahan sagu , juga bisa merasakan sensasi memakan ulat sagu,’’kata James Talahatu. (***)