Independen- Seperti halnya banyak tempat di Indonesia, peta politik di Bali masih diwarnai kekuatan keluarga dan jaringan oligarki yang kuat mengakar. Kondisi ini jelas tidak hanya mempengaruhi konstalasi politik namun juga memberikan dampak pada kehidupan sosial dan ekonomi di Bali.
Masyarakat Bali tentu kenal dengan Gede Ghumi Asvatham politisi Partai Demokrat yang berhasil mendulang 29.941 suara untuk duduk di DPRD Bali periode 2024-2029. Ia tidak lain adalah putra dari Bupati Jembrana, I Nengah Tamba. Ada juga Agung Bagus Pratiksa Linggih, politisi muda asal partai berlambang Pohon Beringin, Golkar. Selama masa kampanye balihonya sengaja digandeng bersama sang ayah, Gde Sumarjaya Linggih, anggota DPR RI yang sudah bertahta di Senayan sejak 20 tahun terakhir. Semacam memberi sinyal “petahana” Senayan memberikan endorse untuk putranya.
Apa yang disampaikan di atas hanya satu dua contoh saja. Praktiknya dalam pemilu 2024 yang digelar Maret lalu, jumlahnya lebih dari itu. Dari 428 kursi yang diperebutkan dari Bali mulai dari tingkat DPRD kabupaten/kota, DPRD provinsi, DPD RI, serta DPR RI, ada 34 orang politisi yang punya afiliasi dengan pejabat publik dan tokoh politik.
Di Bali, fenomena ini terlihat jelas dengan adanya beberapa keluarga yang terus menerus menduduki posisi penting dalam pemerintahan daerah maupun nasional. Praktik menurunkan kekuasaan politik diturunkan dalam satu keluarga, entah dari orang tua ke anak atau kerabat dekat lainnya seperti keponakan hingga istri.
Selain dinasti, oligarki juga memainkan peran penting dalam politik Bali. Oligarki ini sering kali terdiri dari pengusaha sukses, pemilik tanah besar, dan tokoh-tokoh masyarakat yang memiliki jaringan kuat dengan politisi lokal dan nasional. Biasanya mereka akan mendukung kandidat-kandidat tertentu yang dianggap bisa melindungi dan memperluas kepentingan mereka di masa depan.
Dukungan ini bisa berupa sumbangan finansial untuk kampanye, mobilisasi massa, atau penggunaan media untuk membentuk opini publik. Dalam banyak kasus, hubungan antara politisi dan oligarki ini saling menguntungkan, politisi mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan untuk memenangkan pemilu, sementara oligarki mendapatkan kebijakan yang mendukung bisnis dan kepentingan mereka.
Baca tulisan lengkapnya penelusuran Radar Buleleng dengan judu; Jejak Politisi Bali Membangun Politik Dinasti dan Oligarki hanya di https://radarbuleleng.jawapos.com/politik/2164651561/jejak-politisi-bali-membangun-politik-dinasti-dan-oligarki