- 24 May 2022 05:19 am
- Editor:
- Penulis: Bayu
Bantu kami terus meneliti dan menginformasikan. Kami sangat berterima kasih kepada semua yang telah mendukung kami
bayar sekarangIndependen --- Sekitar 23 juta anak di dunia tidak mendapatkan imunisasi selama Pandemi Covid-19. Dari jumlah 23 juta tersebut, sekitar 60%nya adalah anak-anak yang tinggal di 10 negara ( India, Nigeria, Kongo, Pakistan, Indonesia, Etiopia, Brasil, Filipina, Angola dan Mesiko). Hal ini disampaikan dr. Imran Agus Nurali, Sp. KO , Dirjen Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan dalam webinar Pekan Imunisasi Dunia 2022: Penuhi Hak Anak dengan Imunisasi pada bulan April 2022 lalu.
Bahkan Indonesia adalah negara no 3 di dunia terkait penambahan jumlah anak tidak mendapatkan imunisasi (vaksin) anak di tahun 2020. Tercatat sebanyak 790.000 anak tidak mendapatkan vaksin atau meningkat sebesar 327.000 anak dibandingkan tahun 2019 yang tercatat 471.000 anak Indonesia tidak mendapatkan vaksin. Di atas Indonesia adalah negara India (1) dan Pakistan (2) yang paling banyak anak tidak mendapatkan vaksin.
Mengapa anak harus mendapatkan imunisasi? Ada beberapa manfaat imunisasi, menurut data ada sekitar 2- 3 juta kematian dapat dicegah setiap tahun dengan perlindungan imunisasi. Imunisasai sendiri mencegah 26 penyakit dan membantu mengurangi/membatasi resistensi antibiotik karena mencegah penyakit sejak awal.
Dengan imunisasi, dari sisi investasi atau return of investment (ROI) imunisasi 16 kali dibandingkan biaya pengobatan atau perawatan jika sakit yang membutuhkan biaya banyak.
Kapan anak perlu dilakukan imunisasi? Imunisasi dasar pada umumnya diberikan pada anak atau bayi di bawah 2 tahun. Pemberian vaksin bisa simultan atau bersamaan antar vaksin.
Namun imunisasi dasar lengkap saja belum cukup melindungi, karena ada beberapa antigen yang membutuhkan booster / pemberian dosis lanjutan pada usia 18 bulan, usia anak sekolah, usia dewasa.
Untuk memahami jadwal dan manfaat imunisasi ini, literasi pada orang tua mutlak diperlukan. Salah cara untuk membantu orang tua memahami imunisasi adalah membuat grup diskusi di media sosial, seperti yang dilakukan akun Facebook Gesamun (Gerakan Sadar Imunisasi).
Akun Gesamun ini dibuat Yayasan Orang tua Peduli (YOP) sejak tahun 2012, di mana saat itu mencari informasi tentang imunisasi masih terbatas, yaitu mesti konsultasi ke dokter atau tenaga kesehatan. Lewat media sosial, para orang tua menjadi lebih mudah mendapatkan informasi tentang imunisasi, mulai dari manfaat imunisasi sampai jadwal imunisasi. Saat ini akun Facebook Gesamun sudah memiliki 141,9K member dari 94 negara.
Menurut Putri Suhendro dari YOP dalam percakapan di Facebook, mayoritas orang tua ingin memberikan anaknya imunisasi, tetapi ragu-ragu. Dengan mengikuti diskusi dan informasi di media sosial, membuat para orang tua menjadi kritis tapi tidak acuh. Mereka menjadi lebih yakin untuk membawa anak mendapatkan imunisasi.
Bagaimana jika anak-anak tidak mendapatkan imunisasi? Maka anak tersebut akan memiliki daya tahan tubuh yang rendah, mudah tertular atau menderita sakit berat. Seperti pada anak yang tidak mendapatkan imunisasi campak rubella, maka rentan terkena penyakit campak atau rubella.
Dampak tidak imunisasi tidak hanya pada si anak, tetapi juga pada masyarakat atau komunitas. Jika banyak anak yang mendapat imunisasi maka di wilayah tersebut tidak terjadi kekebalan komunitas atau heard community. Penularan mudah terjadi antar anak.
Ketika pandemi Covid-19 melanda, dampaknya banyak anak yang tidak mendapatkan imunisasi. Ada banyak faktor, setidaknya ada 2 alasan yang sering dikemukakan. Pertama, banyak fasilitas kesehatan seperti Puskesmas, Posyandu yang tutup atau mengurangi layanan. Fasilitas kesehatan umumnya lebih fokus menangani Covid-19. Kedua, banyak orang tua yang ragu atau takut datang ke fasilitas kesehatan, karena khawatir tertular Covid-19.
Meskipun banyak anak Indonesia tidak mendapatkan imunisasi saat pandemi, namun secara prinsip anak-anak mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dasar termasuk imunisasi.
“Ada 5 klaster hak anak, salah satunya adalah hak kesehatan dan pelayanan kesehatan dasar, “ujar dokter Kenny Peetosutan, spesialis imunisasi dari UNICEF.
Okeh karena itu Pemerintah perlu mengejar atau percepatan memberi imunisasi pada anak-anak yang belum mendapatkan. Hal ini bisa dilakukan lewat beberapa program seperti Pekan Imunisasi Dunia yang biasa dilakukan bulan April atau Bulan Imunisasi Anak Nasional yang akan dilakukan di pertengahan Mei 2022.
Belajar pada pengalaman imunisasi campak rubella tahun 2019, diperlukan strategi komunikasi yang tepat agar masyarakat mau (kembali) datang ke fasilitas kesehatan untuk imunisasi anak. Salah satu strategi adalah bekerja sama dengan para tokoh agama dan tokoh masyarakat. Karena masyarakat umumnya lebih mendengarkan tokoh agama dan tokoh masyarakat.
Strategi lain adalah melibatkan media massa dalam pemberitaan soal imunisasi. Media diharapkan dapat memberi literasi pada masyarakat tentang pentingnya imunisasi dan bagaimana prosedur yang aman dalam melakukan imunisasi. Harapan pada media adalah fokus pemberitaan pada penyakit dan dampaknya jika tidak dilakukan imunisasi, serta perbandingan manfaat jika mendapat imunisasi dengan biaya yang harus dikeluarkan jika mengalami sakit.