Duka Warga Sipil di Tengah Konflik Aceh

Independen --- Dalam situasi perang atau konflik bersenjata, selalu menempatkan warga lokal pada posisi sulit, meski mereka mengambil posisi netral. Hal ini terjadi di hampir semua wilayah konflik seperti di Aceh, Papua, Poso. Seperti yang dialami Yusdarita, penduduk Kampung Rembele, Kecamatan Bukit, Kabupaten Bener Meriah, Aceh di saat konflik bersenjata terjadi. 

Yusdarita dan keluarganya harus kehilangan ayahnya, Zulkifli yang hilang sejak tahun 2000. Dan baru ditemukan jazad jenazahnya pada tahun 2006. Zulkifli adalah kepala kampung Rembele dan seorang petani kopi. Zulkifli juga menjadi pedagang kopi dengan membeli hasil bumi kopi dari petani-petani di kampung sekitar. Maka keluarga Yusdarita termasuk keluarga terpandang dan cukup berada. 

Sebagai kepala kampung, Zulkifli membantu keluarga GAM dengan mengirim hasil pertanian ke tempat pengungsian. Tetapi Zulkifli juga sering membantu warga etnis Jawa yang tinggal di kampungnya. Saat itu GAM mengusir semua etnik Jawa, kecuali di kampung Rembele karena Zulkifli membayar uang jaminan ke GAM. Di sini sosok Zulkifli jelas berdiri di atas nilai kemanusiaan. 

Namun Zulkifli tetap terbunuh, yang sampai sekarang tidak jelas siapa pembunuhnya. Paska Zulkifli hilang, masalah demi masalah menghampiri keluarga Yudasrita, baik datang dari pihak TNI maupun GAM sendiri. Apa saja masalah yang dihadapi Yusdarita dan bagaimana satu keluarga tersebut bertahan, simak liputan berseri Acehtrend.com di link berikut ini: Hilang dan Lama Kembali, Memori tentang Ayah yang Aku Sesali (Bagian I)

(D02)

kali dilihat