Cerita Sekolah Adat di Pulau Seram Maluku

 

Oleh Yosis Sentris Lilihata

INDEPEDENDEN-- Manusela adalah sebuah kampung adat yang berada di pegunungan Seram Utara, dimana untuk dapat mencapai daerah tersebut dibutuhkan waktu perjalanan selama tiga hari. Keberadaan kampung Manusela tepat di tengah hutan belantara dan hanya bisa diakses dengan berjalan kaki.

Rute menuju kampung adat ini ada dua, yaitu jalur utara, melalui Wahai, Kecamatan Seram Utara dan jalur selatan dengan melalui Kecamatan Tehoru Negeri Hatumete.

Manusela memiliki penduduk sebanyak 480 jiwa dengan 115 kepala keluarga. Kampung adat ini memiliki dua anak dusun yaitu Dusun Melinani dan Dusun Selumena.

Manusela sendiri dipimpin oleh seorang Raja Negeri, dan memiliki dua lembaga penting yaitu Saniri Negeri yang mempunyai tugas mengontrol jalannya pemerintahan yang dijalankan raja dan Lembaga Tua-tua Adat yang mempunyai tugas mewakili masyarakat adat dalam pengurusan kepentingan masyarakat adat, serta menjadi fasilitator dan mediator dalam penyelesaian perselisihan yang menyangkut adat-istiadat dan kebiasaan masyarakat yang tidak bisa diselesaikan di tingkat Negeri.

Sebagai anggota masyarakat adat,  mereka menyadari dampak pembangunan. Selain membawa keuntungan, pembangunan di daerah perkampungan juga sering kali mengancam keberadaan yang sangat istimewa bagi masyarakat adat dan alam sebagai ruang hidup.

Sehingga upaya penyadaran mutlak dilakukan, terutama dari masyarakat adat itu sendiri. Caranya? Kapasitas masyarakat adat perlu diperkuat, salah satunya dengan mendirikan sekolah adat.

Ketua Wilayah Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Maluku, Martha M.Patty, mengatakan bahwa keberadaan sekolah adat merupakan salah satu upaya untuk menyediakan sarana belajar non formal yang menjadi tempat mengembangkan budaya, melestarikan tradisi leluhur dan menurunkan sejarah kepada generasi agar tidak terputus.

Hal ini disampaikan Patty saat ditemui pada kegiatan Training Program For Citizen Journalism di Ambon pada 30 Juni 2024 silam.

Patty menuturkan khusus di Maluku, sekolah adat sangatlah penting karena sudah ada daerah sudah  kehilangan bahasa adat dan juga kebiasaan bertutur orang tua pada generasi mudanya.

Sekolah adat bisa membantu menjaga, melestarikan dan memperkuat adat istiadat dan tradisi di Maluku.

Negeri Manusela mendirikan Sekolah Adat Patanata Manusela pada 2021. Pendirian sekolah adat ini bertujuan untuk menyediakan sarana belajar budaya yang vital dan berkelanjutan. Selain itu sekolah ini diharapkan menjadi tempat untuk mengembangkan kemampuan dan kapasitas masyarakat adat, pemajuan kebudayaan, baik di kalangan anak-anak dan anak-anak muda maupun masyarakat lainnya.

Upaya tersebut merupakan wadah untuk mengoptimalkan ruang-ruang publik anak-anak serta anak-anak muda dan masyarakat lainnya menjadi ruang interaksi budaya antar sesama.

Kepala Seksi PTN Wilayah I Wahai, Jumrin Said mengatakan bahwa Sekolah Adat Patanata Manusela merupakan sebuah upaya gerakan maju untuk generasi muda penerus betapa pentingnya menjaga alam dan lingkungan.

Menurut Said, kawasan konservasi juga sebagai sebuah perlindungan budaya masyarakat.

Dia menyatakan kawasan konservasi itu bukan hitam diatas putih, karena masyarakat adat sudah ada di dalamnya, jadi keterlibatan masyarakat itu sangat penting dioptimalkan.

Harapannya kedepan dengan adanya sekolah adat semacam ini ada kolaborasi atau kerja sama dalam peran menjaga lingkungan, karena masalah iklim dan lingkungan bukan peran orang-perorangan tapi merupakan peran komunitas sangat penting.

Tari-tarian yang diajarkan di sekolah adat Manusela (Foto Yosis Sentris Lilihata)
Tari-tarian yang diajarkan di sekolah adat Manusela (Foto Yosis Sentris Lilihata)

Pendirian Sekolah Adat Patanata Manusela di Wilayah Kabupaten Maluku Tengah merupakan inisiasi seorang pemuda yang dibantu oleh seluruh stakeholder di Negeri Manusela dan didukung oleh AMAN Maluku.

Pendirian Sekolah Adat Patanata Manusela bertujuan untuk melestarikan adat budaya dan sebagai salah satu bentuk tanggung jawab masyarakat Negeri Manusela terhadap leluhur untuk mentransfer pengetahuan adat dan budaya khususnya bagi generasi muda komunitas adat Manusela.

Sekolah Adat Patanata Manusela adalah wadah sekaligus gerakan budaya, dimana masyarakat adat belajar, berefleksi dan merencanakan bersama entitas sambil melakukan pelestarian atau konservasi seni budaya, adat, kearifan lokal, sistem kepercayaan dan tata kelola alam yang bernilai tinggi.

Di Sekolah Adat Patanata Manusela seni budaya itu digali dan dihidupkan kembali dan menjadi kebanggan bersama. Didalam seni Budaya itu tersimpan nilai-nilai yang berguna untuk mengembangkan peradaban dan panduan dalam mitigasi sosial-budaya dan alam.

Menurut tetua adat dan guru sekolah adat, Sepnat Amanukuany, sejak tahun 2021 Sekolah Adat Patanata Manusela memiliki pengelola dan juga beberapa tenaga pengajar serta beberapa mata pelajaran yang tidak terdapat pada sekolah formal, diantaranya :

  1. Bahasa Daerah (Sou Upa’a)
  2. Nyanyian Tradisional (Maku-maku)
  3. Tarian Tradisional (Usali /Siatana)
  4. Pengenalan Obat Tradisional (Eihau)
  5. Tuturan Sejarah ( Soue)
  6. Cerita Dongen (Rom-rom)
  7. Selia/Anapoha (Sasi) dll 

Kini Sekolah Adat Patanata Manusela memiliki lebih dari 90 siswa, dengan rentang usia 7 - 25 Tahun.

Amanukuany juga mengatakan bahwa Sekolah Adat Patanata Manusela adalah mengurangi risiko sekaligus penyadaran terhadap generasi muda akan bahaya kehilangan identitas diri sebagai generasi masyarakat adat ditengah gempuran perkembangan teknologi dan pembangunan serta perampasan ruang hidup masyarakat adat .

Untuk itu kearifan lokal merupakan bagian dari budaya masyarakat Negeri Manusela yang tidak dapat dipisahkan.

Orang tua murid Sekolah Adat Patanata Manusela, Roiken Masauna (37) mengaku bahagia dengan adanya Sekolah Adat Patanata.

Akuei hunana aya isikolah ia hini kekewano adati patanata salae ia mane akana nauna,makua,sou upa’a nauna pohi laite lekuo o (semenjak anak saya sekolah di sekolah adat Patanata Manusela dia banyak tahu dan mengetahui serta mahir seperti anyaman tradisional, nyanyian tradisional, sou upa’a dan sebagainya yang menyangkut sekolah adat),” kata Roiken.

Roiken juga berharap agar sekolah adat Patanata terus hidup dan terus mengajarkan generasi penerus Manusela tentang pentingnya budaya yang merupakan identitas anak adat.

--

Liputan ini merupakan hasil kolaborasi Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bengkulu/Ambon dan Deutsche Welle (DW) Akademie

kali dilihat