Hilirisasi Nikel Rampas Ruang Hidup Petani dan Nelayan

Independen -- Hilirisasi yang sering disebut cawapres Gibran Rakabuming  pada fakta di lapangan tidak seindah ketika dibahas dalam forum Debat ke-4. Masyarakat di lingkar tambang mengalami banyak kesulitan.

Salah satu contoh adalah di Kabupaten Halmahera Tengah, provinsi Maluku Utara. DI sini berdiri kawasan tambang dan industri nikel. Nikel yang ditambang di Halmahera langsung diolah menjadi bahan setengah jadi (hilirisasi) dan dikirim ke luar negeri.

Luas Kabupaten Halmahera adalah seluas 227.683 hektar. Dan sekitar 60% wilayah kabupaten ini sudah menjadi konsesi pertambangan.  Salah satu raksasa kawasan industri nikel adalah PT IWIP (Indonesia Wwda Bay Industrtial Park) yang merupakan modal asing dari China.

Masalah timbul, karena penduduk Halmahera adalah petani dan nelayan. Mereka membutuhkan ruang hidup yang luas untuk bertani atau mencari ikan. Namun munculnya industri nikel membuat ruang hidup mereka makin mengecil. Selain industry masif membeli lahan-lahan milik petani, pencemaran lingkungan membuat hasil pertanian dan laut turun drastis.

Nelayan yang biasa mendapat hasil 20-30 kg ikan sekali mendayung ke laut. Saat industry nikel masuk, maka ikan yang bisa ditangkap hanya 2-3 kg saja. Tentu ini membuat nelayan makin miskin.

Bagaimana ruang hidup petani dan nelayan di Halmahera Tengah karena kehadiran industry nikel, dapat dibaca lebih detil pada karya jurnalis Desi Triana di  Menelisik Nestapa Warga Halmahera Tengah dari Aktivitas Tambang Nikel hingga Sagea Benteng Terakhir

kali dilihat