Independen – Era banjir informasi di internet, menuntut para jurnalis mengembangkan dirinya untuk menguasai jurnalisme data. Namun ketrampilan ini belum banyak dimiliki oleh para jurnalis di Indonesia. Oleh karena itu Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia dan Kantor Staf Presiden (KSP) meluncurkan platform Jurnalismedata.id. Platform ini menjadi ruang belajar bagi publik, khusunya kalangan jurnalis dalam membuat karya jurnalistik yang berlandaskan data.
Peluncuran ini dilakukan di Hotel Mercure, Jakarta pada 4 Februari 2019 dengan dibarengi acara diskusi dengan tema “Tantangan Jurnalisme Data di Era Distrupsi”. Hadir sebagai narasumber : Yanuar Nugroho (Deputi II Kepala Staf Presiden), Wahyu Dhyatmika (Sekjen Asosiasi Media Siber Indonesia, sekaligus Pemred Tempo.co), Aghnia Adzkia (Jurnalis Data di Beritagar, sekaligus pendiri komunitas Journocoders Indonesia), Revolusi Riza (Sekjen Aliansi Jurnalis Independen).
Ketua Umum AJI Indonesia, Abdul Manan mengatakan jurnalis memiliki peran melawan hoax serta memproduksi karya jurnalistik berkualitas. “Jurnalisme data adalah tools yang ampuh untuk melawan hoaks dan disinformasi,” katanya saat membuka launching e-Learning Platform Jurnalismedata.id. “Cara melawan informasi palsu dengan jurnalisme data,” katanya menambahkan.
Yanuar Nugroho, saat sesi diskusi mengatakan mengatakan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 mengenai keterbukaan informasi publik, memandatkan pemerintah terbuka dalam data dan informasi. “Publik harus bisa mengakses dan mendapatkan data pemerintah,” katanya. Ia juga menambahkan saat ini, pemerintah menginisiasi inisiatif Satu Data Indonesia. Melalui Satu Data Indonesia, pemerintah berupaya meningkatkan kualitas dan keterbukaan data. Data yang terbuka, dapat diakses melalui data.go.id, dan publik dapat memanfaatkannya untuk turut serta mengawal pembangunan. "Untuk itu, jurnalis perlu terlibat dalam pemanfaatan data terbuka dengan menghasilkan karya berbasis data," kata Yanuar.
Sementara itu Aghnia Adzkia berbagi pengalaman ketika mencari data di sumber-sumber pemerintahan. Ada sebagian lembaga pemerintahan yang sudah terbuka berbagi data, sementara masih ada beberapa lembaga pemerintahan yang sulit dicari datanya. Aghnia bercerita saat dia menyajikan bagaimana kesiapan mitigasi bencana di banyak daerah, maka tidak semua pemerintah daerah menampilkan datanya.
Merespon kendala jurnalis mengakses data, Yanuar Nugroho mengatakan saat ini belum ada regulasi yang mengatur pelaksanaan dari UU Keterbukaan Informasi Publik. “Saat ini sedang disusun Perpres yang mengatur bagaimana standar menyajikan informasi publik, termasuk ketika terjadi dispute,”kata Yanuar. Perpres ini diharapkan menjadi panduan bagi Kementerian/Lembaga maupun pemerintahan daerah sehingga tidak perlu ragu lagi menyajikan data publik. Perpres ini direncanakan sudah ditandatangani di tahun 2019 ini.
Sekjen Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), Wahyu Dhyatmika menyambut baik kemunculan platform Jurnalismedata.id. Menurutnya, melalui platform ini, kemampuan jurnalis untuk mengumpulkan data, mengolah, memvisualisasikan dan menceritakan data akan tersebar secara merata. “Karya jurnalistiknya tetap akurat dan mewakili realitas. Ini kenapa situs ini ada supaya kemampuan itu merata di seluruh jurnalis,” katanya.
Pembelajaran jurnalisme data di Jurnalismedata.id tak terikat ruang dan waktu. Selain jurnalis, seluruh lapisan masyarakat bisa belajar tentang jurnalisme data secara gratis melalui situs ini. Para peserta cukup membuat akun untuk memulai proses belajar secara online. Pembelajaran akan didukung dengan video tutorial sehingga memudahkan masyarakat mengikuti modul pembelajaran.
Tak hanya itu, Jurnalismedata.id juga memiliki halaman lainnya yang tak kalah menarik. Seperti katalog lembaga-lembaga pemerintah dan non-pemerintah yang menyediakan data terbuka, rekomendasi aplikasi yang bisa digunakan untuk jurnalisme data, hingga halaman seminar online (Webinar) dengan narasumber professional.
“Ketika pemerintah sudah melakukan open data. Data masih terserak. Kita permudah dengan jurnalismedata.id,” kata Sekjen AJI Indonesia, Revolusi Riza.
E-learning platform ini dikembangkan dengan dukungan USAID CEGAH untuk mendorong publik dan jurnalis belajar secara mandiri jurnalisme data sesuai dengan waktu yang dimiliki. Jurnalis dapat mengikuti tatap muka dengan mentor-mentor dalam sesi webinar terjadwal.