Akibatnya, ikan hias pun makin hari makin jarang. Terumbu karang juga banyak yang rusak. Nelayan setempat pun mulai menyadari kalau metode penangkapan yang mereka gunakan selama ini tidak benar. Mereka mulai memikirkan cara menangkap ikan namun tetap memperhatikan daya dukung lingkungan.
Desa Penuktukan termasuk kawasan Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, Bali bagian timur laut. Jarak lokasi ini sekitar 90 km dari Denpasar dengan waktu tempuh 3-4 jam. Bagian utara desa berbatasan langsung dengan pantai timur laut Bali. Banyak warga menggantungkan hidup sebagai nelayan sehingga laut adalah tempat hidup mereka.
Karena itu, ketika ikan hias makin berkurang dan terumbu karang juga makin rusak, nelayan pun resah. Muncul ide untuk membentuk Kelompok Pengawas Masyarakat (Pokwasmas). “Dulu kami mulai hanya dari ngobrol-ngobrol santai di balebengong,” kata Nyoman Wardana, salah satu anggota pada April lalu.
Mereka ingin mengawasi agar tidak ada nelayan yang menggunakan potasium ataupun bahan berbahaya lain saat menangkap ikan.
Ketika baru membentuk kelompok, Wardana bercerita, para anggota Pokwasmas ini kadang-kadang berbenturan dengan sesama nelayan. “Mereka tidak mau kami larang untuk menangkap ikan hias di kawasan pantai kami,” katanya.