Waspada Serangan Hoaks Pascabencana

 

Independen --- Bencana alam melanda kota Palu, Kabupaten Donggala, Kabupaten Sigi dan kabupaten Parigi Moutong Pada 28 September 2018 silam. BMKG kota Palu mencatat gempa berkekuatan 7.4 magnitudo, terjadi kala itu. Gempa bumi itu kemudian memicu tsunami dan likuifaksi di di kota Palu dan Kabupaten Sigi.

Bencana alam itu menewaskan 4.845 jiwa dan ribuan korban selamat harus mengungsi. Pasca terjadi bencana, jaringan telekomunikasi di lokasi itu terputus. Jalur darat ikut terputus dampak dari gempabumi. Selama hampir satu minggu Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah terisolasi.

Pada kondisi itu kemudian mulai bermunculan informasi palsu yang disebarkan lewat lisan dantulisan di tembok. Ada pula yang sudah tersebar melalui media sosial dan pesan singkat.

Tim cek fakta dari sejumlah media mencatat ada sejumlah berita Hoax yang tersebar pasca bencana di Palu.

# Informasi yang menakut-nakuti warga seperti informasi akan terjadi bencana gempa susulan yang lebih besar. Kemudian informasi bendungan bii-bili di Gowa yang retak akibat gempa.

Foto 1 - tangkapan layar tentang infomasi Palsu akan ada gempa susulan. – dok. Kemkominfo / CekFakta

Foto 2 - Tangkapan layar informasi palsu bendungan bili-bili di gowa Sulawesi selatan retak.– dok. Kemkominfo / CekFakta

 

# Foto lama yang dimunculkan seakan terjadi di kota Palu. Seperti foto bencana di Aceh tahun 2004 dan beberapa lokasi lainnya.

Foto 3 - tangkapan layar foto lama korban bencana aceh 2004 yang disebar seakan-akan terjadi di kota Palu. – dok. Kemkominfo / CekFakta
 

# Informasi untuk menyerang tokoh tertentu. Polanya dengan menuduh penyebab terjadinya bencana karena tokoh itu. Tuduhannya bahkan sampai dikaitkan dengan isu mistis.Para penyebar hoax biasa mencantumkan nama instansi terkait seperti BMKG dan BNPB serta mendompleng hasil penelitian. Hal ini dilakukan untuk meyakinkan bahwa informasinya benar.

Foto 4 - Tulisan di tembok yang menyalahkan walikota penyebab bencana. – Dok Mirsan Simamora / Kumparan

Foto 5 - Informasi palsu dengan mengabarkan pejabat walikota tewas saat bencana. – dok. Kemkominfo / CekFakta

 

Namun ketika ditelusuri, BMKG atau BNPB tidak pernah mengeluarkan informasi terkait akan terjadinya bencana.

Pada beberapa kejadian, selain pascagempa di Palu, hoax juga tersebar pascagempa di Lombok. Bahkan sempat dikaitkan dengan data-data kebencanaan untuk menyerang tokoh tertentu.

Foto 6 – tangkapan layar mendompleng nama peneliti untuk informasi palsu. – dok. Kemkominfo / CekFakta

 
Foto 7 - tangkapan layar informasi yang mencantumkan data seakan-akan benar. – dok. Kemkominfo / CekFakta

Misinformasi dan disinformasi selalu ada dengan memanfaatkan kedaruratan bencana. Media Sosial dan aplikasi Pesan singkat selalu menjadi sarana untuk penyebaran informasi palsu.

Pola penyebarannya hampir sama. Sasarannya pun secara acak dengan meneruskan berkali-kali hingga terjadi misinformasi dan disinformasi.

Mitigasi serangan Hoax perlu dilakukan saat ada peristiwa kebencanaan. Tidak hanya kota Palu.

Sejumlah wilayah di Indonesia rawan terjadi bencana. Potensi tetap ada, namun waktu tak dapat diketahui kapan akan terjadi bencana.

Waspadai informasi Palsu, carilah sumber terpercaya yang dimiliki instansi terkait kebencanaan seperti Badan Nasional Pelanggulangan Bencana (BNPB), Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), dan Kementerian Komunikasi dan Informartika (KemKominfo). 

 

Kontributor: Aldrim Thalara

kali dilihat