independen - Kesembilan komisioner KPI 2016-2019 ini bak ‘dewa’ yang akan menentukan hitam putihnya wajah penyiaran Indonesia dari pekan depan hingga jelang Pemilu 2019. Sembilan orang terpilih masing-masing Nuning Rodiyah (54 suara, mantan komisioner Komisi Pelayanan Publik Jawa Timur), Sudjarwanto Rahmat (52 suara, petahana KPI 2013-2016), Yuliandre Darwis (51 suara, akademisi Universitas Andalas, Ketua Umum ISKI), Ubaidillah (46 suara, komisioner KPID Jakarta), Dewi Setyarini (45 suara, Direktur Lembaga Penyiaran Publik Lokal Purbalingga, mantan caleg PKB), Obsatar Sinaga (45 suara, akademisi Universitas Padjajaran), Mayong Suryo Laksono (jurnalis), Hardly Stefano Fenelon Pariela (34 suara, mantan komisioner Komisi Pelayanan Publik Jawa Timur), Agung Suprio (24 suara, akademisi Universitas Indonesia).
Tiga orang ditetapkan sebagai komisioner cadangan yakni Mulyo Hadi (23 suara, komisioner KPID Jateng), Surokim (23 suara), dan Ade Bujaerimi (19 suara, komisioner KPID Banten).
Sesungguhnya, tugas komisioner baru ini amat berat. Selain menjaga marwah dunia penyiaran dari perselingkuhan kepentingan pemilik media penyiaran sekaligus politisi, mereka juga harus membereskan persoalan perpanjangan Izin Penyelenggaraan Penyiaran (IPP) 10 televisi swasta. Belum lagi mengawasi konten siaran sesuai rambu-rambu Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran alias P3SPS yang nyaris menyita seluruh waktu para dewa ini.