enyu dan Ruang Mimpi Bocah Ponelo

Perlu menyeberang perahu mesin dari pelabuhan Anggrek Akses menuju Dudepo. Jaraknya sekitar 14 kilometer, atau memakan waktu sekitar setengah jam jika cuaca cerah.

Di desa yang cukup terpencil itulah, komunitas Nusa Warna Gorontalo, hampir tiga tahun terakhir menggelar berbagai kegiatan literasi.

Mereka mendirikan sebuah gubuk kecil 3 x 4 meter. Tempat  yang mereka sebut sebagai ruang mimpi. Di sanalah komunitas yang berfokus pada pendidikan daerah terpencil itu mengajarkan anak-anak nelayan berbagai hal; belajar membaca, pengetahuan umum, dan berbagai kegiatan kreatif lainnya.

“Akhir -akhir ini, kami gencar memberikan penyadaran lingkungan, khususnya pelestarian penyu,“ ujar Ummu Aiman Fikriani , pegiat literasi di komunitas Nusa Warna kepada DeGorontalo, baru-baru ini.

Pasalnya, di pulau yang dihuni oleh lebih dari 1000 jiwa itu, perburuan penyu masih terbilang marak. Ada yang dikonsumsi sendiri. Ada pula yang sengaja dijual karena ada yang memesan.

Perempuan yang biasa disapa Aika ini mengaku pernah disuguhi lauk daging penyu ketika berada di sana.

Bahkan baru-baru ini dia kembali mendapati nelayan membawa pulang Penyu hijau (Chelonia mydas) usai melaut. Penyu yang masih berukuran kecil itu hendak dijual dengan harga cukup murah, 100 ribu rupiah.

“ Saya sempat minta nelayan untuk menjualnya saja kepada saya, ketika ditanya untuk apa, saya bilang akan mengembalikan penyu itu ke laut, nelayan itu menolak,” katanya.

Belakangan dia baru tahu, penyu yang katanya tak sengaja tertangkap itu, sebelumnya telah dipesan oleh salah seorang warga di Limboto, Kabupaten Gorontalo.

kali dilihat