Juwita Djatikusumah, Melawan Diskriminasi dengan Seni

Independen  -- Para penghayat kepercayaan mengalami diskriminasi luar biasa di era Orde Baru. Mereka sering dituduh kafir. Tak terkecuali yang dialami Juwita Djatikusumah, seorang penganut Sunda Wiwitan, ketika masih sekolah sering menerima perlakukan diskriminasi dari gurunya. 

Saat di bangku SMA Juwita Djatikusumah sempat tidak naik kelas, karena nilai pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila) mendapat nilai 5. Sebelumnya Juwita sempat memprotes gurunya yang menjelek-jelekkan kepercayaan Sunda Wiwitan. Akibatnya dia mendapat angka 5. 

Diskriminasi demi diskriminasi dialami, namun Juwita memilih respon positif. Dia mengekspresikan dalam bentuk seni seperti menulis lirik lagu, menciptakan tari sampai membuat motif batik. Apa yang dilakukan Juwita adalah langka dan tidak mudah. Para penganut penghayat lain mengalami diskriminasi yang mirip dengan Juwita. Dituduh kafir, diusir dari tempat tinggal, kesulitan mendapatkan KTP dll. 

Kompas.id mengangkat sosok Juwita Djatikusumah, bagaimana dia melalui diskriminasi demi diskriminasi dan apa saja karyanya, dalam liputan ini  Juwita Djatikusumah, Tembang Perjuangan Sunda Wiwitan

(D02)

kali dilihat