Penulis: Gilberth Keneth
Independen.id -- Perubahan iklim yang terjadi saat ini mengakibatkan dampak yang signifikan terhadap kesehatan, terutama bagi mereka penderita kusta. Di Kota Ambon, Provinsi Maluku, perubahan cuaca yang ekstrim, beberapa bulan terakhir dimana curah hujan yang tinggi, suhu yang tidak stabil, dan kelembaban yang meningkat, berdampak pada kondisi fisik penderita kusta yang memburuk.
Faktor-faktor lingkungan ini dapat mempercepat kerusakan saraf, memperparah luka pada kulit, dan mempengaruhi mobilitas penderita, sehingga memerlukan perhatian medis yang lebih intensif.
Perubahan iklim di Maluku pada umumnya ini dipengaruhi oleh fenomena muson dingin dari Australia, di mana Australia saat ini tengah mengalami musim dingin dengan tekanan udara tinggi dan suhu rendah. Kondisi ini menyebabkan massa udara dingin bergerak dari Australia ke wilayah bertekanan rendah di sebagian wilayah Indonesia, termasuk Maluku dan Kota Ambon.
Peran pemerintah dan organisasi seperti Persatuan Mandiri Kusta (Permata) memiliki kontribusi yang sangat penting dalam mendukung teman-teman kusta.
Organisasi Permata bekerja sama dengan pemerintah dan lembaga lain selama ini giat untuk memastikan bahwa penderita kusta mendapatkan perawatan yang layak, serta membantu mereka mengatasi stigma sosial dan ekonomi yang sering mereka hadapi.
Nus Louhenapessy, Penanggung Jawab Program Kusta di Dinas Kesehatan Kota Ambon, saat ditemui di Ambon, 2 Agustus 2024 mengungkapkan bahwa Permata fokus pada pengobatan, menyediakan layanan medis, pemberdayaan komunitas kusta dengan menyediakan dukungan psikososial, pelatihan keterampilan, dan advokasi hak-hak penderita.
Ia juga mengaku, Dinas Kesehatan Kota Ambon ikut berperan dalam menangani pasien kusta yang menghadapi masalah kesehatan akibat pengaruh iklim.
“Layanan yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Ambon antara lain mencakup deteksi dini, pengobatan yang berkelanjutan, dan dukungan rehabilitasi bagi penderita kusta. Selain itu, Dinas Kesehatan juga berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pencegahan kusta dan mengurangi stigma yang masih melekat di masyarakat terhadap penderita kusta,’’ujar Nus Louhenapessy .
Upaya ini dilakukan melalui kampanye kesehatan, pelatihan bagi tenaga medis, serta penyediaan fasilitas kesehatan yang inklusif dan mudah diakses oleh semua lapisan masyarakat.
Ditambahkan Nus, Dinas Kesehatan Kota Ambon juga telah mengambil langkah-langkah proaktif dalam menyikapi kondisi iklim saat ini, terkait dengan perawatan dan dukungan bagi pasien kusta.
“Langkah-langkah yang diambil antara lain, pelatihan kepada beberapa puskesmas di Kota Ambon untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam menangani kasus kusta, terutama dalam kondisi iklim yang sedang berlangsung. Pelatihan ini mencakup pengenalan terhadap gejala kusta, penanganan awal, dan cara-cara untuk mendukung pasien dalam menjaga kesehatan mereka selama periode muson dingin," ujar Nus.
Berikutnya, soal ketersediaan obat-obatan, dimana Dinas Kesehatan juga memastikan ketersediaan obat-obatan yang dibutuhkan oleh pasien kusta. Karena dalam situasi ini, penting untuk memastikan pasien mendapatkan obat secara teratur tanpa ada kendala, mengingat perubahan iklim dapat memperburuk kondisi kesehatan mereka.
“Tentang pengobatan rumah, di mana untuk pasien yang tidak dapat datang ke Puskesmas, terutama mereka yang tinggal di daerah terpencil atau yang memiliki keterbatasan fisik, Dinas Kesehatan Kota Ambon menyediakan layanan pengobatan rumah, tim medis dikirim langsung ke rumah pasien untuk memberikan pengobatan dan perawatan yang dibutuhkan,’’ ucap Nus.
Berikutnya, ada edukasi masyarakat dan keluarga yang juga menjadi salah satu fokus utama Dinas Kesehatan Kota Ambon.
“Masih sangat banyak persepsi yang salah tentang kusta di masyarakat, dan hal ini dapat mempengaruhi penerimaan pasien kusta dalam lingkungan sosial mereka. Oleh karena itu, upaya edukasi dilakukan secara intensif untuk menghilangkan stigma dan memberikan pemahaman yang benar tentang penyakit ini,'' ucapnya.
Nus juga menjelaskan bahwa Dinas Kesehatan Kota Ambon membentuk Kelompok Perawatan Diri (KPD) yang bekerja sama dengan lembaga NLR dari Belanda. Hal ini merupakan langkah strategis untuk memberikan perawatan berkala dan berkelanjutan kepada penyandang disabilitas kusta.
''Program ini bertujuan untuk memastikan bahwa mereka mendapatkan akses pengobatan yang memadai serta edukasi yang komprehensif mengenai cara penanganan kusta dan perawatan yang tepat. Sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi stigma yang masih melekat di masyarakat,'' ujar Nus.
Dirinya optimis, Dinas Kesehatan Kota Ambon akan terus berupaya memberikan dukungan yang maksimal kepada pasien kusta di tengah tantangan iklim ini, serta bekerja sama dengan berbagai pihak untuk memastikan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat tetap terjaga.
Sementara itu, Indra Radmadja, Ketua Persatuan Mandiri Kusta (Permata) mengungkapkan Permata sebagai organisasi yang aktif dalam mendukung orang dengan kusta (ODK), terus melakukan berbagai upaya sosialisasi di lingkungan masyarakat, termasuk di sekolah-sekolah, gereja, masjid, lingkungan komunitas, serta kantor-kantor desa kelurahan.
Perempuan paruh baya ini juga menambahkan, sosialisasi itu bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang kusta, menghilangkan stigma, dan memberikan informasi yang benar mengenai penyakit ini.
''Jadi sosialisasi dilakukan tidak hanya di lingkungan umum, tetapi juga di lingkungan pendidikan dan keagamaan, dengan harapan dapat menjangkau lebih banyak orang dan menciptakan pemahaman yang lebih luas,'' ucapnya.
Indra juga mengungkapkan bahwa perubahan iklim, seperti fluktuasi suhu yang ekstrem, telah menyebabkan berbagai kondisi variatif pada Orang Dengan Kusta (ODK). Beberapa kondisi yang ditemukan antara lain; panas pada tubuh saat udara dingin, dimana beberapa ODK merasakan panas yang tidak biasa pada tubuh mereka meskipun suhu udara sedang dingin. Hal ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan yang signifikan dan membutuhkan penanganan khusus. Kondisi lain yang juga ditemukan adalah kedinginan yang berlebihan.
“Sebaliknya, beberapa dari mereka mengalami kedinginan yang berlebihan, yang bisa mempengaruhi kondisi fisik mereka, seperti mengganggu sirkulasi darah dan menyebabkan rasa sakit,” ucapnya.
Selain itu, iklim yang tidak stabil juga memicu rasa sakit yang lebih intens pada mereka, terutama pada bagian tubuh yang telah terkena dampak dari kusta.
Kondisi berikutnya adalah timbul benjolan pada area wajah dimana akibat daya tahan tubuh mereka lemah, memicu kondisi tubuh yang beragam salah satunya adalah muncul benjol pada area wajah.
Untuk mengatasi masalah ini, Permata bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Ambon dalam memastikan ketersediaan obat-obatan yang dibutuhkan oleh ODK. Kerja sama ini juga mencakup bimbingan teknis (bimtek) bagi puskesmas-puskesmas yang dianggap belum cakap dalam memberikan layanan kepada pasien kusta.
“Pentingnya bimtek ini untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan bagi ODK, terutama dalam menghadapi tantangan iklim yang dapat memperburuk kondisi mereka,’’ tutur dia. (**)