INDEPENDEN—Pemilihan presiden (Pilpres) 2024 di Indonesia, memang diwarnai informasi-informasi hoaks yang bisa ditemukan di media sosial.
Para pendukung pasangan calon (paslon) bahu membahu menyebarkan berita dan informasi yang tidak jelas asalnya dari mana, namun mencitrakan kebaikan dukungannya dan keburukan saingannya. Bahkan terkadang isi konten terlalu “ajaib” untuk bisa dipercaya.
Anehnya konten-konten yang tidak bisa dipertanggungjawabkan itu mampu viral dan akhirnya dipercayai sebagai kebenaran yang hakiki.
Siapa sangka, berita hoaks yang meramaikan pesta demokrasi itu sudah ada bahkan di jaman dulu, saat teknologi belum secanggih sekarang. Konon banyak calon pemimpin dunia yang menggunakan berita bohong sebagai tangga menuju kesuksesan.
Pernah dengar perebutan kekuasaan masa Romawi antara Mark Anthony dan Oktavianus?
International Center for Journalists (ICJ) memberikan kisah tentang dua orang hebat Romawi ini dalam panduan tentang berita hoaks. Panduan yang berjudul “ A Short Guide to the History of Fake News and Disinformation” berisi bagaimana persaingan kedua lelaki itu untuk mendapatkan tahta Romawi setelah kematian Julius Caesar.
Oktavianus menyebarkan berita bohong tentang Anthony dan mempopularkan Anthony sebagai seorang pemabuk dan sering melecehkan perempuan. Penyebaran berita bohong itu melalui koin dan disebarkan ke publik demi merusak reputasi Anthony.
Strategi itu berhasil, Oktavianus berhasil mendapatkan tahta Romawi dan memerintah dengan nama Kaisar Agustus.
Untuk Pilpres 2024 yang baru lewat, berita hoaks juga tidak banyak berbeda dibanding sebelumnya, bahkan pada masa Oktavianus dulu. Bedanya kalau dulu menggunakan koin, kini memakai berbagai cara selain konten media online yang sumir, foto, juga video yang merupakan potongan-potongan yang diedit sedemikian rupa.
Isi hoaks cukup beragam, termasuk pernyataan palsu tentang kandidat baik jejak rekam, program dan pandangan politik yang dibuat sedemikian rupa untuk menghancurkan reputasi dan kredibilitas.
Menurut Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), hoaks menjadi masalah berulang di Pemilu 2024 ini seperti yang terjadi pada Pemilu 2019. Mafindo mencatat, ada 2.330 hoaks yang beredar sepanjang 2023.
Dari jumlah tersebut, 1.292 hoaks atau sekitar 55 persen dari total hoaks teridentifikasi sebagai hoaks politik. Angka ini meningkat dua kali lipat dibandingkan hoaks sejenis yang ditemukan pada masa Pemilu 2019, yaitu 644 hoaks.
Media Tirto.id, membahas bagaimana kandidat presiden pilpres 2024 dibanjiri informasi hoaks . Media ini mengambil capres Anies Baswedan sebagai ukuran dikarenakan dia diinformasikan paling sering terkena informasi hoaks.
Berdasarkan riset yang dilakukan Tirto,id, capres lebih banyak menjadi "target" ketimbang cawapres. Anies Baswedan, capres nomor urut 1, paling sering disinggung dalam berbagai konten hoaks di Tirto maupun Tempo.
Berita tentang hoaks dalam pemilihan presiden ini bisa dibaca di https://tirto.id/hoaks-sering-incar-anies-tetapi-bukan-itu-masalah-terbesarnya-gWeH#google_vignette