Oleh: Betty Herlina
INDEPENDEN- “Sebelum pindah kesini, anak saya tidak pernah mengalami gatal-gatal di kulit. Baru sejak kami pindah ke sini ini,” tutur Eva pada Independen awal Februari lalu.
Ia sempat berpikir kualitas air yang buruk menjadi penyebab Geska (baca: anaknya,red) mengalami korengan, khususnya di bagian kaki. Apalagi sumur yang biasa digunakan Eva sebagai sumber air harian posisinya di luar rumah, terbuka. Eva memutuskan untuk membuat sumur bor. Berharap kualitas air yang didapat jauh lebih bersih, dan anaknya tidak lagi mengalami korengan. Sayangnya, hal itu ternyata tidak terjadi.
“Tadinya, sempat berpikir apa karena menggunakan sumur terbuka! Setelah sumurnya dipindahkan ke dalam, ternyata masih sama. Kaki anak saya, masih terus mengalami gatal-gatal,” lanjut Eva Pripesa warga RT 8, Kelurahan Teluk Sepang, Kecamatan Kampung Melayu, Kota Bengkulu.
Untuk mengobati kaki anaknya, Eva memilih berobat gratis ke Pustu setempat. Eva mendapatkan salep, obat luar berbentuk semi padat untuk mengobati kaki Geska.
Namun obat tersebut tidak sepenuhnya manjur. Berselang waktu, kaki Geska kembali muncul koreng, terasa sangat gatal dan menimbulkan ruam bila terus digaruk.
“Entah musim hujan atau musim panas. Sama saja. Lama-lama anak saya jadi terbiasa,” imbuh Eva.
Tak hanya Geska, beberapa anak-anak lain sebaya Geska menurut keterangan Eva, juga mengalami penyakit serupa.
Lain lagi dialami Upik Lela (58), warga RT 14, Kelurahan Teluk Sepang, Kecamatan Kampung Melayu, Kota Bengkulu. Medio, 5 Agustus 2023, Upik terpaksa terpaksa dilarikan relawan Posko Lentera ke Rumah Sakit DKT Bengkulu, akibat mengalami sesak napas akut.
Perempuan paruh baya tersebut diketahui memang kerap kali mengalami batuk-batuk dan demam berulang. Namun ia tidak terlalu ambil pusing dengan kondisi kesehatannya. Sampai akhirnya 2 Mei 2024, Upik kembali dilarikan ke Rumah Sakit Gading Medika. Diagnosa dokter menyatakan Upik mengidap Dyspnea PPOK atau dikenal dengan Penyakit Paru Obstruksi Kronik.
Vonis dokter, terang membuat Upik kaget. Lantaran di keluarga besarnya baik dari pihak ibu maupun bapak, tidak ada yang mengalami riwayat sakit tersebut.
Upik berpikir lokasi tempat tinggalnya yang hanya berjarak hitungan meter dari PLTU Teluk Sepang 2x100 MW dan stockfile batubara menjadi salah satu penyebabnya.
“Habis dari mana lagi, saya tidak merokok. Keluarga tidak ada yang sakit seperti itu,” kata Upik.
Upik bilang, bila musim panas tiba jangan kaget jika melihat daun pisang menjadi hitam. Pasalnya, debu-debu halus menutupi permukaan daun. Tak hanya itu, lantai rumah juga harus berulang kali disapu. Kondisinya semakin parah, setelah PLTU Teluk Sepang 2x100 MW resmi beroperasi.
Didominasi Pasien ISPA, Ada Juga Penyakit Kulit
Nakes Puskesmas Pembantu (PUSTU) Teluk Sepang, Mimi Elzakiah menuturkan ada dua macam penyakit yang sering dikeluhkan masyarakat Teluk Sepang saat berobat, yakni Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan penyakit gatal-gatal kulit. Dua jenis penyakit tersebut dialami oleh semua kelompok usia dan gender, mulai dari anak-anak, dewasa, hingga lansia.
Terkait kasus ISPA yang ditemukan umumnya masih dalam taraf ISPA biasa, bukan ISPA akut. Selain itu, terdapat dua warga Kelurahan Teluk Sepang yang mengalami penyakit Tuberkulosis (TB). Satu pasien masih menjalani pengobatan intensif, sementara satu lagi telah dinyatakan sembuh.
Rekapitulasi laporan PUSTU periode Oktober 2024, ada 17 laporan pasien yang melakukan pengobatan terkait ISPA. Meliputi, untuk usia bayi 0-11 bulan ada 3 orang laki-laki, dan 2 orang perempuan. Sementara untuk usia 1-4 tahun ada 5 orang anak laki-laki dan 7 orang anak perempuan. Sementara untuk usai di atas 5 tahun ada 16 anak laki-laki dan 20 anak perempuan.
Tidak jauh berbeda dengan periode Desember, untuk usia bayi 0-11 bulan ada 4 orang laki-laki, dan 4 orang perempuan. Sementara untuk usia 1-4 tahun ada 9 orang anak laki-laki dan 11 orang anak perempuan. Sementara untuk usai di atas 5 tahun ada 14 anak laki-laki dan 26 anak perempuan.
Sementara penyakit gatal-gatal kulit sebagian besar dialami warga karena pengaruh air dan musim hujan, yang biasanya menyebabkan terjadinya banjir atau genangan-genangan. Sedangkan dimusim panas, biasanya disebabkan oleh kualitas air yang buruk dan paparan polutan dari lingkungan sekitar.
Selama ini, kata Mimi, PUSTU sudah memberikan layanan pengobatan sesuai dengan prosedur penanganan penyakit tersebut, dan biasanya pasien akan langsung sembuh setelah mendapatkan pengobatan.
“Biasanya setelah dilakukan pengobatan, pasiennya tidak kembali lagi,” kata Mimi singkat.
Temuan Penelitian; Kualitas Air Laut di Sekitar PLTU Teluk Sepang Bengkulu Terganggu
Mengutip penelitian terbaru yang dilakukan oleh tim dari Jurusan Fisika FMIPA Universitas Bengkulu mengungkapkan penurunan kualitas air laut di perairan sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Teluk Sepang, Kota Bengkulu. Penurunan ini dipicu oleh limbah bahang — air buangan bersuhu tinggi — yang dibuang langsung ke laut.
Dalam studi yang dipublikasikan di Newton-Maxwell Journal of Physics edisi April 2021, para peneliti yang diketuai Lizalidiawati melakukan pengukuran kualitas air laut di 12 titik, mencakup wilayah sekitar saluran pembuangan (outlet) dan kawasan lepas pantai. Hasil pengukuran tersebut dibandingkan dengan baku mutu air laut untuk biota berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004.
Beberapa parameter seperti kadar oksigen terlarut (DO) sebesar 5,62-7,82 mg/L, nilai pH di lepas pantai sebesar 7,24-7,86, dan tingkat kekeruhan 1,68-4,84 NTU masih memenuhi standar kualitas air laut. Namun, sejumlah parameter lain menunjukkan penyimpangan signifikan. Suhu air laut tercatat naik menjadi 30,6-36°C, jauh di atas baku mutu 28-30°C. Salinitas pun turun drastis ke angka 26,6-30‰ dari standar 33-34‰. Di sekitar outlet, pH air laut menurun menjadi 6,7-6,88 (cenderung asam), dan kekeruhan melonjak hingga 146,8 NTU — jauh melebihi batas toleransi.
Hasil validasi dengan data sebelum PLTU beroperasi pada tahun 2017 memperkuat dugaan bahwa limbah bahang dari PLTU memberikan dampak besar terhadap perubahan parameter fisika-kimia air laut, terutama suhu, pH, dan kekeruhan. Limbah bahang yang dibuang ke laut menyebabkan ketidakseimbangan panas dan penurunan kualitas habitat biota laut.
Temuan ini memperkuat kekhawatiran masyarakat dan organisasi lingkungan seperti Kanopi Bengkulu yang sebelumnya telah melaporkan adanya perubahan warna air laut, bau menyengat, serta meningkatnya kematian biota laut di sekitar lokasi PLTU. Dengan hasil ini, para peneliti merekomendasikan perlunya langkah pengelolaan dan pengawasan lebih ketat terhadap pembuangan limbah PLTU, untuk mencegah kerusakan ekosistem laut yang lebih parah di masa depan.
Warga Juga Keluhkan Teror SUTT
Tak hanya perihal limbah, Warga RT 01, Desa Teluk Sepang, Kampung Melayu, Kota Bengkulu, mengungkapkan keluhan terkait aliran listrik yang berasal dari Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) milik PT Tenaga Listrik Bengkulu (TLB). Sudah beberapa tahun, warga merasakan dampak buruk dari instalasi listrik tersebut, yang menyebabkan berbagai permasalahan di kehidupan sehari-hari mereka.
Eryanti, salah satu warga RT 01, mengatakan bahwa sejak SUTT berdiri, aliran listrik sering menimbulkan kejadian yang merugikan, seperti alat elektronik yang rusak akibat tersengat listrik dan gangguan pada instalasi listrik rumah tangga. “Kami sudah sering merasa khawatir, apalagi kalau saat petir datang, kami terpaksa mematikan listrik dan tidak menghidupkan peralatan elektronik,” ungkap Eryanti.
Menurut Eryanti, ada enam rumah di lingkungan RT 01 yang merasakan masalah yang sama. Warga mengaku terkejut karena selama ini tidak ada pemberitahuan atau informasi tentang dampak yang ditimbulkan oleh SUTT. Bahkan, mereka tidak pernah diberikan kompensasi atas kerusakan yang terjadi pada alat elektronik mereka. "TV kami rusak, antenanya diganti, tapi malah jadi TV second," tambah Eryanti.
Selain kerusakan pada alat elektronik, Eryanti juga mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kabel SUTT yang pernah longgar dan bergeser. "Kami takut kabelnya bisa putus, karena arus listrik yang tinggi. Kami sudah periksa dengan taspen, dan arusnya sangat tinggi," katanya. Bahkan, saat arus diuji dengan taspen, lampu di rumah mereka langsung menyala terang, yang semakin membuat mereka khawatir.
Lina, warga lain yang juga tinggal di RT 01, mengatakan bahwa tanaman mereka, seperti cabai, tidak pernah tumbuh dengan baik. "Tanaman cabe kami tidak pernah jadi. Rasanya seperti ada pengaruh dari SUTT ini," ujarnya.
Selain itu, mereka merasa kecewa karena PT TLB tidak pernah memberikan kompensasi atau ganti rugi atas kerusakan yang terjadi. Meskipun sebelumnya ada pemberitahuan mengenai izin penggunaan lahan untuk pemasangan kabel SUTT, warga merasa tidak ada kejelasan mengenai dampak yang ditimbulkan dan tidak diberitahukan mengenai kompensasi yang bisa diterima.
"Kami merasa menyesal, tapi kami tidak bisa berbuat apa-apa," ujar Eryanti dengan penuh kekecewaan.
Sebagai bentuk tindak lanjut, warga berharap PT TLB dapat segera memperbaiki kondisi ini dan memberikan perhatian lebih terhadap dampak yang ditimbulkan kepada masyarakat sekitar. Mereka juga meminta agar ada kompensasi atau ganti rugi yang layak atas kerusakan yang dialami akibat aliran listrik dari SUTT tersebut.
"Harapan kami, semoga ada solusi yang baik dan PT TLB lebih memperhatikan kepentingan warga yang terdampak," tutup Eryanti.
Terpisah, Kepala Bidang (Kabid) Energi dan Kelistrikan Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Bengkulu, Rozani Andawari mengatakan pihaknya akan melakukan pemeriksaan ke lapangan terkait keluhan yang disampaikan tersebut.
“Sejauh ini berdasarkan laporan AMDAL yang kami terima sudah sesuai dengan standar yang berlaku. Namun tim kami tetap akan melakukan pengecekan ke lapangan,” katanya singkat.
Untuk diketahui Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Bengkulu yang terletak di Desa Teluk Sepang, Kampung Melayu, Kota Bengkulu, telah menjadi bagian penting dari penyediaan energi di Indonesia. Proyek ini dikelola oleh PT Tenaga Listrik Bengkulu (TLB), yang dimiliki oleh Bengkulu Power Co. Ltd (91%) dan PT Inta Daya Perkasa (9%). Bengkulu Power Co. Ltd sendiri adalah anak perusahaan dari Power China Resources Ltd yang berbasis di Hong Kong, sementara PT Inta Daya Perkasa adalah anak perusahaan dari PT Intraco Penta Tbk.
Dengan kapasitas 2x100 MW, PLTU Bengkulu merupakan bagian dari program kelistrikan 35.000 MW yang digagas oleh pemerintah Indonesia. Pembangkit listrik ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat di wilayah tersebut. Berdasarkan Perjanjian Jual Beli Listrik (PPA) yang ditandatangani pada November 2015 dengan PT PLN, proyek ini ditargetkan beroperasi secara komersial pada tahun 2019.
Lurah Teluk Sepang: Tak Ada Laporan Resmi
Lurah Teluk Sepang, Robert Zamora, mengungkapkan bahwa hingga saat ini pihak kelurahan tidak pernah menerima laporan resmi dari warga terkait dampak lingkungan akibat beroperasinya PLTU Teluk Sepang 2x100 MW. Hal ini disampaikannya dalam wawancara pada Senin, 3 Februari 2025.
"Sejauh ini kami tidak pernah menerima laporan resmi dari warga terkait dampak PLTU, baik soal gangguan kesehatan maupun lainnya," ujar Robert Zamora.
Meski demikian, Robert tidak membantah adanya informasi mengenai warga yang mengalami gangguan kesehatan seperti Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan gatal-gatal pada kulit. Ia juga mengakui adanya keluhan terkait kabel Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) yang melintas di atas rumah warga. Salah satu insiden yang disebutkan adalah kerusakan televisi, yang menurutnya telah diganti oleh pihak PLTU.
Selain itu, Robert Zamora juga mengaku tidak mengetahui secara pasti keberadaan Posko Lentera yang berada di wilayah kelurahannya. Ia menyatakan tidak pernah menerima pemberitahuan mengenai aktivitas ataupun siapa saja yang tergabung dalam posko tersebut.
"Saya tidak tahu tentang Posko Lentera, belum ada laporan atau pemberitahuan apa pun ke kelurahan. Selama belum ada aktivitas yang mengganggu ketertiban, kami anggap tidak ada masalah," tegasnya.
Robert juga membantah adanya pemutusan bantuan sosial terhadap warga yang terlibat di Posko Lentera. Ia menyebutkan tidak mengetahui siapa saja yang tergabung, sehingga kelurahan tidak pernah melakukan pencabutan bantuan.
Dalam wawancara lanjutan pada Selasa (04/02/2025), Robert kembali menegaskan ketidaktahuannya terkait aktivitas Posko Lentera maupun mekanisme penyaluran bantuan Corporate Social Responsibility (CSR) dari pihak PLTU. Ia hanya mengetahui bahwa pernah ada bantuan untuk sekolah dasar, namun tidak melalui kelurahan.
"Kalau soal CSR, kami tidak tahu persis. Dulu pernah ada bantuan untuk SD, tapi semua diatur langsung, bukan lewat kelurahan," katanya.
PLTU Bengkulu Ramah Lingkungan dan Berdayakan Masyarakat Lokal
Soraya Yulita, Public Relation PT Tenaga Listrik Bengkulu (TLB), menegaskan bahwa proyek PLTU Bengkulu tidak hanya bertujuan menyediakan energi, tetapi juga menjaga keberlanjutan lingkungan dan memajukan perekonomian lokal. "Kami berkomitmen untuk memenuhi regulasi lingkungan yang ketat dalam setiap tahap pembangunan dan operasional," kata Soraya dalam jawaban tertulis yang diterima pada 21 Februari 2025.
PLTU Bengkulu mengelola emisi gas buang dengan menggunakan batubara kadar sulfur rendah dan dilengkapi sistem pengendalian emisi seperti Electro Static Precipitator (ESP) serta cerobong tinggi. Selain itu, perusahaan juga membangun instalasi pengolahan air limbah untuk memastikan standar lingkungan terpenuhi.
Sebagai bagian dari upaya pelestarian, PLTU Bengkulu menanam pohon di sekitar area pembangkit dan berpartisipasi dalam penanaman mangrove serta pelestarian biota laut bersama organisasi lokal. "Kami sangat menghargai kerjasama dengan masyarakat sekitar dalam pelestarian lingkungan dan pemberdayaan sosial ekonomi lokal," tambah Soraya.
Program Corporate Social Responsibility (CSR) PLTU Bengkulu mencakup bidang sosial, pendidikan, lingkungan, dan keagamaan. Perusahaan memberikan bantuan kepada Panti Asuhan Swasta Mandiri, donasi untuk SD 83 Teluk Sepang, serta menanam 1.000 bibit pohon dalam kerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup.
PLTU Bengkulu juga berfokus pada pemberdayaan ekonomi lokal, dengan mengutamakan warga Teluk Sepang dalam proses rekrutmen tenaga kerja dan menjalin kerjasama dengan UMKM setempat. Pada 2019, PLTU Bengkulu dianugerahi piagam atas kontribusinya sebagai penyumbang Bea Masuk terbesar di KPPBC Tipe Madya Pabean C Bengkulu.
Perusahaan, lanjut Soraya juga menjalin kemitraan dengan berbagai instansi dan mendukung kegiatan sosial serta lingkungan di sekitar PLTU. "Memastikan komunikasi yang baik dengan masyarakat, agar kami dapat terus meningkatkan kualitas operasional dan menjaga hubungan harmonis," tutup Soraya.