Kami beragama Islam dan bertanggungjawab penuh untuk kehalalannya. Mulai dari bahan, proses pembuatan hingga penyajian harus penuhi unsur halal, tentunya sesuai pemahaman kami.
Warung itu tidak bertahan lama dan diganti oleh Tuhan dengan bisnis catering bernama Catering Kita. Lagi-lagi tidak menggunakan kata muslim karena segmennya adalah nasional. Dari segi branding, kami paham itu terlalu sempit pasarnya bila berbisnis di Bali.
Sebelum berbicara tentang fenomena warung muslim di Bali, saya ingin beritahu tentang tanggungjawab kehalalan bagi penganut Islam. Mengonsumsi yang halal adalah perintah Tuhan. Itu bukti keimanan dan ketaqwaan umat Islam tanpa ada bantahan ataupun kritik sedikitpun kepadaNya. Kalau dilanggar, fatal, masuk neraka!
Untuk sediakan halal, tata caranya pun diatur sedemikian detail. Semisal penyembelihan hewan (ayam, sapi, kerbau, itik, bebek), harus ada doanya. Jika dibahas mendalam, itu salah satu berperi kehewanan juga. Cara manusia menjunjung tinggi hewan sebagai bahan makanan.
Saya berkeyakinan, tiap-tiap agama pasti mengatur tentang hewan dan makanan bagi manusia. Contoh Hindu, saya punya anak buah beragama Hindu tidak berani makan daging sapi. Artinya, area keyakinan itu biarkanlah sesuai ruangnya, tidak perlu diperdebatkan lagi dan tidak perlu bersentimen satu sama lain.