Menanti Vaksin Terbaru, Solusi Efektif Penanganan TBC

Penulis: Ramadhan Wibisono

Independen.id -- Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menargetkan deteksi satu juta kasus tuberkulosis (TBC) pada 2025. Berdasarkan Global Tuberculosis Report 2024 yang diterbitkan World Health Organization (WHO), Indonesia menempati posisi ke-2 kasus TBC terbanyak setelah India, dengan 1.060.000 kasus dan kematian mencapai 134 ribu orang per tahun.

Mengutip website Kementerian Kesehatan https://kemkes.go.id, semua orang berisiko tertular TBC. Penyakit yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis ini menyebar melalui udara ketika seseorang batuk, bersin, serta meludah. Bakteri TBC dalam percikan (droplet) dapat bertahan selama beberapa jam di ruangan lembab tanpa paparan matahari. Bila percikan dihirup orang lain, terutama memiliki kontak erat orang dengan TBC, maka risiko penularan semakin tinggi.   

Pemerintah gencar mempercepat eliminasi penyakit TBC di Indonesia melalui berbagai strategi komprehensif, termasuk peningkatan deteksi dini, pengobatan efektif, dan pemberian vaksin. Supaya mencapai target eliminasi TBC pada tahun 2030, diperlukan inovasi vaksin baru yang lebih baik bagi perlindungan masyarakat terhadap penularan TBC. Hingga saat ini, terdapat 15 kandidat vaksin TBC dikembangkan secara global. Namun, hanya enam vaksin, termasuk vaksin terbaru TBC, M72/AS01E menjadi paling maju karena telah mencapai uji klinis fase 3, yakni tahap terakhir sebelum vaksin dipasarkan secara luas.

tbc1

Enam dari 15 kandidat vaksin TBC masuk uji klinis fase ke-3 termasuk vaksin terbaru M72/AS01E (Sumber: Stop TB Partnership Indonesia) 

 

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) resmi mengizinkan pelaksanaan uji klinis tahap ke-3 M72/AS01E di Indonesia. Pada September 2024, Indonesia menjadi negara keempat setelah Afrika Selatan, Kenya, dan Zambia melaksanakan enrollment uji klinis ini didukung lembaga filantropi Bill dan Melinda Gates Foundation (BMGF). Harapannya seluruh rangkaian uji klinis selesai pada akhir 2028 dan siap dipasarkan massal pada 2029. Vaksin terbaru TBC M72 perlu melewati uji klinis selama beberapa tahun. Uji klinis tahap satu bertujuan menilai keamanan dasar dan respon kekebalan tubuh awal. Sedangkan uji klinis tahap dua untuk mengevaluasi dosis dan efektivitas awal vaksin. Sementara itu, uji klinis tahap tiga bertujuan memastikan keamanan dan efektivitas vaksin M72 mencegah ataupun mengurangi keparahan TBC.

Direktur Eksekutif Stop TB Partnership Indonesia (STPI), dokter Henry Diatmo menjelaskan, banyak keuntungan diterima Indonesia sebagai tempat uji klinis fase ke-3 vaksin TBC M72/AS01E. “Pertama, Indonesia merupakan negera endemi dengan kasus tuberkulosis terbanyak sehigga harapannya sebagai tempat uji klinis bisa jadi prioritas penyediaan hingga penggunaan vasin terbaru M72. Kedua, harga vaksin diharapkan bisa lebih murah di Indonesia dibanding negara lain. Ketiga, spesifikasi vaksin M72 sesuai karakter orang Indonesia,” jelas Henry belum lama ini.

Henry menambahkan, komitmen Bill Gates mendanai uji klinis vaksin M72 hingga dipasarkan juga menguntungkan Indonesia. Pasalnya, biaya uji klinis ataupun penelitian vaksin TBC cukup mahal. “Melalui pendanaan oleh Bill Gates sebagai donatur, pemerintah Indonesia tidak perlu mengeluarkan uang apalagi tidak ada alokasi dana penelitian. Biaya uji klinis maupun penelitian vaksin TBC cukup mahal sehingga agak sulit dibebankan ke kas negara. Jika M72 efektif berhasil dipasarkan, harapannya bisa menekan penularan TBC sehingga target tahun 2030 kasus TBC di Indonesia bisa turun drastis,” ujar Henry.

Masih menurut Henry, uji klinis fase ke-3 vaksin terbaru TBC M72 tidak bisa dipercepat karena prosedurnya harus dipantau beberapa tahun agar efektif. “Jika uji klinis fase ke-3 M72 dipercepat, khawatir menimbulkan efek samping dan kurang efektif bahkan berpotensi jadi produk gagal tidak berguna. Paling penting adalah edukasi jangan memberitakan isu negatif uji klinis M72 tapi justru sebagai langkah positif upaya menurunkan kasus TBC. Kita sangat dukung sluruh tahapan uji klinis M72 agar muncul vaksin terbaru mencegah penularan TBC,” ungkap Henry.

Seperti dilansir website Kementerian Kesehatan https://kemkes.go.id, tercatat 2.095 warga Indonesia dari usia remaja hingga dewasa telah melakukan uji klinis tahap ke-3 vaksin M72. Total partisipan uji klinik fase 3 berjumlah 20.081 orang dari lima negara. Afrika Selatan menjadi kontributor terbesar dengan 13.071 partisipan, diikuti Kenya (3.579), Indonesia (2.095), Zambia (889), dan Malawi (447). Uji klinis vaksin M72 di Indonesia mulai 3 September 2024 di beberapa rumah sakit ternama, di antaranya RSUP Persahabatan, RS Islam Cempaka Putih Jakarta, RS Universitas Indonesia (RSUI), Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (FK Unpad) Bandung, dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Sedangkan rekrutmen partisipan secara resmi selesai 16 April 2025.

Hasil penelitian terbaru yang didukung WHO dan Gates Foundation menunjukkan dua dosis vaksin M72 berpotensi memberikan perlindungan 54% mencegah perkembangan TBC paru aktif pada orang berusia 18 tahun sampai 50 tahun. Vaksin terbaru TBC ini hanya mengandung potongan kecil antigen Mycobacterium tuberculosis yang disebut M72 dan bahan penguat (adjuvan) khusus bernama AS01E dari purifikasi (pemurnian) lemak dan tanaman Quillaja saponaria. Antigen M72 berperan memberikan pembelajaran bagi sistem kekebalan tubuh agar  melawan bakteri TBC. Sedangkan adjuvan AS01E memperkuat sekaligus memperpanjang respon kekebalan tubuh, terutama pada remaja hingga orang dewasa dan orang dengan HIV/AIDS (ODHA), kelompok paling rentan terkena TBC.

Setelah disuntikkan, vaksin M72/AS01E memicu aktivasi sel menghasilkan sitokin, senyawa penting membantu tubuh membunuh bakteri. Vaksin M72/AS01E turut merangsang pembentukan antibodi sebagai benteng pertahanan terhadap bakteri TBC. Selain itu, efektivitas penggunaan vaksin M72/AS01E bertahan tiga tahun relatif lebih aman tanpa efek samping signifikan karena tidak mengandung bakteri hidup.

Tidak hanya pemerintah pusat, pencegahan dan penanganan TBC ikut digencarkan seluruh pemerintah daerah. Salah satunya Pemerintah Kota Depok melalui Dinas Kesehatan Depok yang membentuk Kampung Peduli Tuberkulosis alias Kapitu di puluhan kelurahan sejak 2021. “Di Depok kita punya kapitu, kampung peduli tuberkulosis. Harapannya, kapitu ini ada satuan tugas yang selalu mendukung penanganan TBC serta edukasi perbaikan gizi serta sosial ekonomi orang dengan TBC. Warga mengumpulkan bahan pokok kemudian disalurkan kepada orang dengan TBC. Langkah ini sangat baik didukung warga mencegah penularan TBC. Bahkan di Depok juga terbentuk tim percepatan penanganan TBC melibatkan lintas sektor,” tutur Kepala Dinas Kesehatan Depok, dokter Mary Liziawati.

Lebih lanjut Mary mengatakan, upaya lain pencegahan dan penularan TBC di Depok adalah gencar vaksinasi TBC bagi bayi baru lahir berupa pemberian vaksin BCG (Bacille Calmette Guerin). Sementara mencegah TBC pada orang dewasa ada pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Meskipun efektif 80% mencegah TBC berat yang menyerang otak, upaya pemberian vaksin BCG bagi balita kadang terkendala penolakan dari warga dengan dalih agama dan belum percaya manfaat vaksin mencegah penyakit.

“Kendala masih ada warga menolak vaksin tapi kita tetap aktif edukasi orang tua membawa balita ke fasilitas kesehatan agar diberikan vaksin BCG bagi bayi baru lahir. Sedangkan pencegahan TBC bagi orang dewasa ada pencegahan primer yaitu pengobatan tuntas jangka panjang orang dengan TBC sampai sembuh antara enam bulan sampai sembilan bulan tergantung organ yang diserang bakteri TBC. Orang dengan TBC perlu pendamping pemantau minum obat agar rutin konsumsi tidak putus obat sampai sembuh dan cegah penularan. Kemudian pencegahan sekunder dengan TPT (terapi pencegahan TBC) bagi TBC laten agar tidak berkembang jadi TBC aktif misalnya orang kontak serumah, orang dengan HIV/AIDS (ODHA), dan penderita gizi buruk. Selanjutnya pencegahan tersier bagi orang dewasa dengan pemantauan usai tuntas pengobatan TBC melalui pemeriksaan ulang dahak dan ronsen untuk mencegah komplikasi TBC dan kekambuhan,” ucap Mary.

Menurut Mary, TBC laten adalah infeksi bakteri TBC dalam tubuh tapi tidak menimbulkan gejala penyakit. Kondisi ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh berhasil mengendalikan bakteri agar tidak berkembang biak sehingga orang tersebut tidak merasa sakit dan tidak menularkan penyakit. Namun, infeksi TBC laten bisa berubah menjadi penyakit TBC aktif jika sistem kekebalan tubuh melemah. “Ketika case finding, kita harus mengedukasi meningkatkan kesadaran screening atau pemeriksaan yang menyasar kontak serumah atau warga yang keluarganya menderita TBC, penderita gizi buruk, perokok aktif hingga penderita diabetes dan ODHA. Rutin TPT pun diberikan kepada warga berisiko TBC agar mencegah TBC laten berubah jadi TBC aktif,” ungkapnya baru-baru ini.

tbc2

Sejumlah petugas Dinas Kesehatan Depok menggelar screening kesehatan paru mencegah dan mengobati TBC sampai tuntas (Sumber: Dinas Kesehatan Depok) 

 

Lebih dari satu abad, vaksin BCG diberikan kepada bayi baru lahir untuk melawan TBC. Vaksin ini menggunakan strain Mycobacterium bovis yang dilemahkan. BCG efektif mencegah infeksi serta mengurangi risiko kematian akibat TBC pada balita. Namun, efektivitas vaksin BCG akan menurun seiring bertambahnya usia sehingga tidak cukup melindungi populasi remaja dan dewasa. Dokter spesialis paru, Lusi Nursilawati Syamsi menuturkan, vaksin BCG bagi balita hanya efektif bertahan lima tahun.

“Penanganan TBC beda dengan covid-19 yang cepat tuntas hanya dengan vaksin. TBC disebabkan bakteri dilengkapi dinding lipid berlapis yang memproteksi bakteri berumur panjang. Jadi bakteri TBC bisa bertahan puluhan tahun. Seseorang pernah sembuh dari TBC yang disebut TBC laten bisa berpotensi kembali terjangkit (TBC aktif) jika daya tahan tubuh menurun ataupun tertular lingkungan sekitar. Edukasi sekarang adalah gencar menemukan TBC laten kemudian mengikuti TPT secara rutin berulang setiap tiga tahun sampai lima tahun agar pasien TBC laten tidak berubah jadi TBC aktif,” tutur Lusi yang menjabat sebagai Direktur Klinik Utama Rawat Jalan Amalina Depok.

Lusi menyarankan, selain vaksinasi, memutus penularan TBC dengan meningkatkan kesedaran screening dan memberikan TPT. “Saya mengajak semua orang tua memberikan vaksin BCG kepada balita baru lahir agar tidak tertular TBC berat. Sementara bagi orang dengan TBC agar rutin berobat secara tuntas sehingga tidak menular ke orang terdekat. Sedangkan bagi kontak serumah dan tenaga medis agar inisiatif screening memeriksa dahak hingga ronsen maupun mengikuti terapi pencegahan TBC (TPT) jika terdeteksi TBC laten supaya tidak berubah jadi TBC aktif,” saran Lusi kepada independen.id.       

Saran serupa disampaikan dokter Luki Aditya Nugraha, yang bertugas di Puskesmas Pasir Gunung Selatan Kota Depok. Luki menganjurkan vaksin BCG bagi bayi baru lahir atau maksimal umur kurang dari sebulan. Pemberian vaksin BCG sangat penting mengingat tingginya kasus TBC di Indonesia. “Saya menganjurkan orang tua yang punya bayi baru lahir segera dibawa ke puskesmas atau rumah sakit terdekat agar diberikan vaksin BCG. Efisiensi anggaran pemerintah pusat tidak mempengaruhi pelayanan TBC di Puskesmas termasuk vaksin BCG selalu tersedia dengan baik. Vaksin BCG bagian dari imunisasi dasar yang wajib diberikan bagi balita dan anak-anak yang belum pernah terjangkit TBC,” ucap Luki.

 

Warga bisa menerima pelayanan TBC di Puskesmas Pasir Gunung Selatan setiap Jumat pagi  (Sumber: Puskesmas Pasir Gunung Selatan Kota Depok)

Luki kembali menyampaikan, vaksin BCG bukan booster melainkan hanya pengenalan antibodi sehingga tidak bisa diberikan berulang dua kali kepada remaja atau dewasa yang pernah divaksin sebelumnya saat balita ataupun pernah terjangkit TBC. Bila muncul gejala pada seseorang yang pernah divaksin BCG maka diterapkan pengobatan rutin TBC sampai tuntas. “Kalaupun ada kontak serumah orang dengan TBC maka kita terapkan TPT supaya tidak tertular TBC. Vaksin BCG beda penerapan dengan vaksin covid-19 yang bisa diberikan sebagai booster. Untuk memutus penularan TBC bagi seseorang pernah vaksin TBC maka kita berikan TPT bagi seseorang belum tertular. Sedangkan bagi seseorang tertular dengan gejala TBC, kita berikan pengobatan rutin TBC sampai tuntas. Efek samping vaksin BCG biasanya mudah diatasi karena tidak berbahaya hanya demam ringan dan kadang nyeri otot pada daerah penyuntikkan yang bisa disembuhkan dengan paracetamol sesuai dosis anjuran dokter,” ungkap dokter umum yang pernah bertugas di Puskesmas Sukatani Kota Depok ini.

Saat edukasi maupun sosialisasi pencegahan TBC, biasanya petugas puskesmas mengajak kader TBC (patient supporter) untuk mempermudah sekaligus mempercepat penyampaian pesan dipahami masyarakat. Ibu Jatminah misalnya, yang menjadi kader TBC sejak 2009. Selama bertugas, Jatminah sering memberikan penyuluhan pentingnya vaksin BCG bagi balita atau bayi baru lahir. “Kita biasanya edukasi warga door to door rumah ke rumah atau kadang sambil ngobrol santai momen dadakan jadi edukasinya tidak selalu dalam pertemuan besar. Jadi tidak disiapkan waktu khusus melakukan edukasi. Kita mengedukasi sekaligus meyakinkan orang tua agar balita atau bayi umur 0 bulan bersedia divaksin dengan komunikatif memakai bahasa sederhana yang mudah dipahami. Vaksin balita harus lengkap dari 0 bulan sampai 9 bulan termasuk imunisasi BCG,” ujar Jatminah.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menegaskan Kementerian Kesehatan berkomitmen mengawal seluruh tahapan uji klinis M72/AS01E di Indonesia sehingga menghasilkan produk aman dan bermanfaat. Pemerintah memastikan vaksin terbaru TBC ini menjadi solusi eliminasi TBC pada tahun 2030. Agar tidak menimbulkan kekhawatiran sekaligus menangkal konspirasi liar atau sentimen negatif, sebaiknya pemerintah perlu penyampaian transparan efektif yang mudah dipahami setiap perkembangan uji klinis hingga dampak M72/AS01E kepada masyarakat. Stigma hingga diskriminatif orang dengan TBC maupun TBC laten masih menjadi hambatan. Karena itu, segera hentikan stigma dan diskriminatif supaya teruwujud penanganan optimal hingga mencegah penularan TBC.

 

kali dilihat