Oleh: Ais Fahira
INDEPENDEN- Menurut pantauan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Indonesia memiliki sekitar 95,5 juta hektar kawasan hutan, atau setara dengan sekitar 51 persen dari total luas daratannya Dengan total luas hutan dunia mencapai sekitar 4,06 miliar hektar, Indonesia menyumbang sekitar 2 persen dari total hutan di dunia.
Dan jika dilihat secara spesifik pada kategori hutan tropis, Indonesia dikenal sebagai salah satu pemilik hutan hujan tropis terbesar di dunia. Menurut Digitani IPB (2023), sekitar 10 persen hutan hujan tropis dunia berada di Indonesia. Dengan luas tersebut, Indonesia menempati posisi ketiga negara dengan hutan tropis terbesar di dunia, setelah Brasil dan Republik Demokratik Kongo.
Potret Deforestasi di Indonesia
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) merilis hasil pemantauan tahunan mengenai kondisi hutan dan angka deforestasi di Indonesia. Pemantauan ini mencakup seluruh daratan Indonesia, sekitar 187 juta hektar, baik di dalam maupun di luar kawasan hutan. Proses pemantauan dilakukan dengan memanfaatkan citra satelit Landsat yang disediakan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Dari hasil pemantauan terbaru, luas lahan berhutan di Indonesia pada tahun 2024 mencapai sekitar 95,5 juta hektar, atau sekitar 51 persen dari total daratan nasional. Sebagian besar, yakni 87,8 juta hektar, berada di dalam kawasan hutan yang dikelola negara.
Meski begitu, kehilangan hutan masih terjadi. KLHK mencatat deforestasi netto pada tahun 2024 sebesar 175,4 ribu hektar. Angka ini diperoleh setelah menghitung total hutan yang hilang (deforestasi bruto) seluas 216,2 ribu hektar, kemudian dikurangi dengan luas area yang berhasil direhabilitasi (reforestasi) sebesar 40,8 ribu hektar. Mayoritas kehilangan hutan terjadi pada hutan sekunder, mencapai 200,6 ribu hektar, dan sekitar dua pertiganya (69,3 persen) terjadi di dalam kawasan hutan itu sendiri.
Upaya Reforestasi dan Tren Positif
Untuk menekan laju deforestasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terus melaksanakan program Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL). Pada tahun 2024, kegiatan RHL mencakup sekitar 217,9 ribu hektar, terdiri dari 71,3 ribu hektar di dalam kawasan hutan dan 146,6 ribu hektar di luar kawasan hutan. Program ini dibiayai melalui APBN maupun sumber non-APBN, dan menjadi bagian penting dari strategi jangka panjang untuk menjaga keseimbangan ekosistem serta memperbaiki fungsi hutan yang rusak.
Dalam satu dekade terakhir, rata-rata luas kegiatan rehabilitasi mencapai 230 ribu hektar per tahun. Upaya ini turut berkontribusi terhadap peningkatan tutupan hutan, pengembangan sistem agroforestry, serta pembentukan hutan sekunder baru di sejumlah wilayah.
Selain program rehabilitasi, pemerintah juga menerapkan sejumlah kebijakan strategis guna menekan deforestasi. Di antaranya adalah pengendalian kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), moratorium izin baru pada hutan alam primer dan lahan gambut, serta pengawasan ketat terhadap perubahan alokasi kawasan hutan untuk kepentingan non-kehutanan. Upaya lain mencakup pengelolaan hutan lestari dan perhutanan sosial, pengendalian kerusakan gambut dan perubahan iklim, serta penegakan hukum dan pengawasan izin usaha kehutanan.
Seluruh langkah tersebut sejalan dengan komitmen nasional Indonesia’s FOLU Net Sink 2030, yang menargetkan penurunan emisi karbon dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan hingga mencapai keseimbangan antara emisi dan serapan karbon pada tahun 2030.
Tren Historis Deforestasi di Indonesia
Jika dibandingkan dengan periode sebelumnya, angka deforestasi memang menunjukkan sedikit kenaikan dalam satu tahun terakhir. Jika kita melihat ke belakang, angka deforestasi Indonesia pernah jauh lebih tinggi. Pada periode 1985–1997, rata-rata deforestasi mencapai 1,87 juta hektar per tahun, dan melonjak menjadi 3,51 juta hektar per tahun pada periode 1997–2000 (CIFOR). Angka itu menunjukkan masa di mana eksploitasi sumber daya alam menjadi penopang utama ekonomi nasional, tetapi meninggalkan jejak panjang pada ekosistem.
Dua dekade kemudian, kebijakan pengelolaan hutan mulai diarahkan pada konsep keberlanjutan. Meski masih menghadapi tekanan besar dari pembukaan lahan untuk perkebunan, tambang, dan infrastruktur, laju kehilangan hutan secara umum menunjukkan tren penurunan signifikan.
Sepanjang tahun 2023, lembaga riset lingkungan memperkirakan hilangnya hutan di Indonesia mencapai sekitar 257.384 hektar, dengan wilayah Kalimantan menjadi daerah paling terdampak. Angka itu memang jauh lebih kecil dibandingkan masa 1990-an, tetapi ancaman terhadap hutan belum benar-benar usai.
Menurunnya deforestasi bukan berarti masalahnya selesai. Perubahan iklim, kebakaran hutan, dan ekspansi industri ekstraktif masih terus membayangi. Di sisi lain, semakin banyak inisiatif masyarakat adat, komunitas lokal, dan organisasi sipil yang memperjuangkan pengelolaan hutan berbasis kearifan lokal dan sosial.
Jika tren pengelolaan lestari terus diperkuat, Indonesia berpeluang menjadi contoh penting bagaimana negara dengan hutan tropis luas mampu menyeimbangkan kebutuhan ekonomi dengan keberlanjutan lingkungan. Sebab pada akhirnya, menjaga hutan bukan hanya soal tutupan lahan di peta satelit, melainkan tentang menjaga ruang hidup, udara bersih, dan masa depan generasi mendatang.