Pelajaran Manajemen Krisis Komunikasi dari Vaksin Palsu

Independen - Saya ada di lobby RS Mutiara Bunda, Jalan Haji Mencong, Ciledug, Jum’at (15/7) malam lalu. Awalnya, kami sekeluarga sedang berputar-putar mengitar Jakarta sore hari, sampai masuk kabar di grup telepon isteri saya bahwa rumah sakit tempat kami mem-vaksin imunisasi dua anak kami itu bakal menggelar konferensi pers pada pukul delapan malam.

Sampai di RS Mutiara Bunda 19.30 WIB, kami parkir mobil di halaman belakang rumah sakit, dan menyempatkan makan di warung makan ala-ala masakan Jepang di seberang RS. Sebuah mobil berlabel KompasTv  menyiratkan informasi akan adanya keterangan dari pihak rumah sakit bukan isapan jempol. Dan, setengah jam kemudian, situasi di lobby RS menjadi penuh sesak dengan kedatangan orangtua yang pernah memvaksin anaknya di sana. Penuh. Saling teriak. Nyaris chaos. Demi pertimbangan keamanan, saya putuskan memulangkan anak-isteri ke rumah.

Meski nama RS ini tak ada di box Harian Kompas pagi harinya, namun Mutiara Bunda menjadi sasaran serbuan warga karena terucap dalam Rapat Kerja Menteri Kesehatan dengan Komisi IX DPR, sehari sebelumnya. Begitu DetikcomLiputan6.com, dan Okezonemerilis nama-nama rumah sakit, klinik, dan fasilitas kesehatan yang dianggap menggunakan vaksin palsu, Mutiara Bunda seperti kewalahan menghadapi tuntutan klarifikasi warga. “Dalam sehari ini ada tiga kali keterangan dari pihak rumah sakit. Sebelumnya, siang dan sore tadi mereka sudah bicara, tapi memang audiens-nya sedikit. Mungkin karena malam ini jam pulang kerja, banyak yang datang,” kata seorang juru warta saat menunggu keterangan dokter pukul 20.00 WIB.

 

kali dilihat