GUSDURian dan Pergerakan Indonesia Kecam Kekerasan Pada Ade Armando

Independen --- Jaringan GUSDURian dan ormas Pergerakan Indonesia menyatakan kecaman pada peristiwa kekerasan yang menimpa dosen UI, Ade Armando di tengah aksi mahasiswa 11 April kemarin di Jakarta. Aksi mahasiswa 11 April dilakukan serentak di banyak kota (Jakarta, Jogja, Makassar, Soorong, dll) dengan tuntutan utama menolak perpanjangan masa jabatan presiden menjadi 3 periode.

Dalam rilisnya, Jaringan GUSDURian mengatakan tindakan kekerasan tersebut sangat bertentangan dengan berbagai prinsip, mulai hukum, moral, hak asasi manusia, hingga agama. Sementara Pergerakan Indonesia melalui Ketua Umumnya Sereida Tambunan mengatakan, “Tindakan ini akanmerusak kemurnian aksi mahasiswa dan garis rakyat yang berdemonstrasi dengan prinsip kemanusiaan.”

“Kami mengajak elemen masyarakat untuk menyampaikan pendapat dengan nir-kekerasan dan berfokus pada penyaluran aspirasi. Aksi kekerasan hanya akan menjauhkan substansi aksi dan menyebabkan sentimen negatif dari masyarakat,” kata Alissa Wahid, koordinator GUSDUrian dalam rilisnya.

Pergerakan Indonesia dalam rilisnya menyebutkan aksi mahasiswa di banyak kota berlangsung secara damai dan mengingatkan pada para elite politik untuk tidak bermain-main dengan wacana 3 periode. Pergerakan Indonesia juga menolak secara tegas dan lugas wacana perpanjangan masa jabatan Presiden. Dan agar Pemilu 2024 dilaksanakan sesuai jadwal.  

Aksi mahasiswa 11 April 2022 sendiri adalah gerakan mahasiswa yang muncul di berbagai kota, seperti Palembang, Jogja, Makassar sampai ke Sorong, termasuk di Jakarta. Aksi mahasiswa yang dikoordinir BEMSI ini berpusat di depan Gedung MPR/DPR. Ade Armando menurut siaran pers PIS (Pergerakan Indonesia untuk Semua), sengaja datang ke tengah massa demonstrasi untuk memberi dukungan atas tuntutan mahasiswa yang menolak wacara 3 periode perpanjangan jabatan Presiden.

Selain itu, Ade Armando bersama tim, juga bertujuan membuat konten untuk videonya.  Ade Armando sempat diwawancarai beberapa media massa. Sementara itu massa mahasiswa sudah selesai dan berjalan pulang. Di depan MPR/DPR berkerumun banyak orang tanpa atribut kelompok. Mereka ini mengenali Ade Armando dan sempat terjadi adu mulut yang kemudian berakhir dengan penganiayaan. Para jurnalis yang berada di dekat lokasi kejadian segera memberitahu aparat keamanan dan segera Ade Armando dievakuasi ke dalam halaman gedung MPR/DPR dan kemudian dibawa ke rumah sakit. (D02)

kali dilihat